Persona Intikalia

24 Jan 2010

Diete Jinde Diete Ego

(ini adalah bagian ketiga dari cerpen 'Kaba Nina Kaba Sahaya Cinta - Bagian Satu' dan 'Bersatu dalam Dua - Bagian Dua')

Baca Cerita Sebelumnya ...

Boy tetap termenung setelah kejadian itu. Nina, bagaimana dengannya? Sama saja dengan Boy, Nina pun mengalami hal yang sama. Nina benar-benar tak menduga akan terjadi hal yang seperti itu. Dengan secara tiba-tiba, Nina -saat itu- memaksa Boy untuk mengungkapkan perasaannya.

Nina teringat oleh cerita Boy sebelum kejadian itu berlangsung, tentang sebuah cerita dari John Terro yang memiliki prinsip "Diete Jinde Diete Ego". Nina merenungkan kalimat itu (Diete Jinde Diete Ego).

"Diete jinde diete ego?" Nina bertanya dalam renungnya, "Apa maksudnya?"
"Mungkinkah ..."
"Kalo secara bahasa, artinya 'tiada cinta tiada aku', namun ... apa maksud dari kata-kata itu?"
"Dan apa pula kaitannya dengan kejadian yang baru saja kualami dengan Boy?"

Di lain tempat, Reno juga melamunkan hal itu.

"Seandainya saja Nina tahu apa yang ada dalam hatiku ..."
"Bagaimana besarnya cintaku padanya, meskipun cinta ini tumbuh kurang dari setahun, tapi setidaknya ..."
"Ku mulai memikirkan perkataan John Terro tentang kalimat 'Diete Jinde Diete Ego' dan makna yang terkandung di dalamnnya."

***

Diete Jinde Diete Ego ... Tiada Cinta Tiada Aku ...
Apa maksudnya? Mungkinkah semua ini ada karena cinta? Aku ada karena cinta. Cinta kedua orang tuaku. Tapi apakah itu maksudnya? Bukankah juga bisa berarti, aku ada karena cinta, cinta-Nya. Semua karena cinta, bukan saja aku ada, namun semua ini ada juga karena cinta. Alam semesta ini ada karena cinta. Takdir ini pun ada karena cinta. Tapi, betulkah begitu adanya?

Bukankah ketika kita berkata 'Semua ini karena cinta' maka secara tidak langsung kita telah menafikan eksistensi Tuhan, atau setidaknya menyekutukan-Nya dengan cinta? Tapi ... apakah benar begitu? Dan 'cinta' itu apakah makhluk ataukah sifat? Maka jika benar 'cinta' itu makhluk maka kita telah menyekutukan-Nya. Dan jika 'cinta' itu sifat, maka kita tidaklah menyekutukannya. Karena sifat akan kembali ke pemiliknya, secara tak langsung kita mengatakan bahwa 'Semua ini karena-Nya'.

Dan bagaimanakah eksistensi cinta terhadap adanya diriku? Apa yang bisa membuatku mengatakan bahwa aku ada karena cinta? Dan apakah yang membuatku terhalang dari mengatakan bahwa aku ada karena cinta?

Secara alami ... cinta itu ada pada kita karena memang Dia telah menganugerahkan cinta pada kita. Dan kita ada karena Dia dengan cinta-Nya berkehendak untuk menjadikan kita ada. Apakah seperti itu? Dan tak ada sesuatu pun yang menghalangi kita mengatakan bahwa kita ada karena cinta, kecuali 'kebodohan' dan 'kesombongan' yang bercokol di otak kita. Lantas apa yang harus kita lakukan dengan 'cinta' yang ada di hati kita?

***

"Sungguh ... apa yang baru aku alami ini, benar-benar membuatku lemas."
"Aku sungguh tak mampu ketika Nina mencampakkan cintaku ..."
"Semakin gila saja aku dengan cinta ini."

Esoknya ...

Boy benar-benar datang pagi-pagi ke kampus untuk bertemu dengan Nina. Ia menunggu di tempat sebagaimana biasanya Nina sering lewat. Ditunggunya lama, Nina pun tak muncul. Sepertinya Nina benar-benar tak lewat di jalan itu. Tak lama kemudian terdengar suara tempaan kaki Nina, Boy sangat hafal dengan suara langkahnya. Boy pun bersiap menyambut Nina.

"Hai, Nin!" Boy mulai menyapa.
Nina hanya diam tanpa membalas sapanya. Boy pun mulai merasa tak enak hati. Nina terus melangkah tanpa hiraukan Boy.
"Nin!" Boy menyapanya lagi.
Namun, Nina tetap membisu.
"Nin!" Boy mengulangnya dan menyambar tangan Nina.

Nina menoleh dengan tatapan yang sedikit sinis. Boy pun merasa tegang saat itu melihat tatapan Nina. Tiba-tiba Nina melayangkan tangannya, seperti hendak menampar Boy. Boy pun semakin membelalakkan matanya. Namun, apa yang terjadi? Nina malah mengelus pipi Boy. Boy terkejut, membisu seribu bahasa. Boy benar-benar tak tahu jalan pikir Nina. Sambil mengelus pipi Boy, Nina tersenyum segaris, lalu tiba-tiba menangis. Huh? Menangis? Boy semakin tak paham dengan hal ini.

"Boy?" lirih Nina sambil terisak dalam tangisnya.
"Ya?" Boy menanggapinya.
"Maukah kau?" Nina sambil mengarahkan bibirnya yang hendak menyambar bibir Boy. Boy hanya bisa diam, membeku. Apa-apaan ini?

Kedua bibir itu hendak menyatu. Tiba-tiba, Nina pun membatalkan niatnya untuk hal itu, lalu ia lari. Boy terus saja membeku di sana dengan segala kebingungan yang ada di otaknya. Apa maksud dari semua ini? Boy tertegun.

...

(Boy dan Nina dalam benak mereka)

"Apa yang baru saja kulakukan?" Nina bingung dengan dirinya sendiri.
"Aku benar-benar tak tahu apa yang Nina mau." Boy tertegun.
"Apakah aku benar-benar suka pada Boy, ataukah ini hanya nafsuku saja?" Nina menanyakan pada dirinya sendiri.
"Hampir saja dia menciumku, aku ga bisa ngebayangin kalo dia jadi menciumku!" Imajinasi Boy.
"Kalo saja tadi aku lakukan, maka itu adalah kesalahan besar,secara ga langsung aku menyatakan bahwa aku sungguh mencintai Boy." Hela Nina.
"Aku pasti akan terkapar dalam keintikalianku jika benar-benar tadi itu terjadi." Bayang Boy.

Boy, ia mulai menyimpulkan jika ternyata Nina juga mencintainya. Diete jinde diete ego benar-benar telah merasuk dan menguasai hati Nina. Namun, benar Nina tak bisa mengendalikannya, dan hampir saja ia menghancurkan semua yang ada dalam dirinya jika dia jadi mencium Boy.

4 komentar:

  1. yah ga ada ciumannya :) (si nina takut ketahuan pak dosen kaleee jadi ga jadi nyium Boy ^^)

    tentang plurk saya punya, rio2000 tapi saya jarang main (terakhir buka plurk bulan desember 2009)

    tentang komen kamu yg double banyak - itu krn koneksi internet lagi ga lancar - satu hal lagi di comment form blog aku (intense debate) justru aku ga tahu cara hapus comment yang sudah otomatis ter-approve

    kalo comment spam bisa di hapus

    BalasHapus
  2. ahaha ... ciumannya entar aja bos ... cz nina sama boy belum jadian ... jadian dulu baru ciuman ... wkwkwk ...

    plurknya ak add yah ...

    ya emang kayak gtu lah ... koneksi di kampusku agak nyandet2 bos ...

    BalasHapus
  3. Mantap bos cerpennya. gag mau d kirim ke majalh nih :D

    BalasHapus
  4. wah ... masalahnya aku lum punya koneksi untuk ngirim ke majalah ... alias ga tahu caranya ... hehehe .... lagian ini cuma iseng-iseng saja :-)

    BalasHapus