Persona Intikalia

23 Okt 2014

Ga Enaknya Menikah

Entri kali terinspirasi dari entri bikinan salah satu teman blogger. Emang sih jujur di internet ini kebanyakan yang terungkap adalah sisi enaknya doang dari sebuah pernikahan. Umm, tepatnya mungkin itu banyak yang di-share oleh orang-orang sekitar kita. Tapi emang menceritakan kebahagiaan ini lebih enak dan nyaman daripada menceritakan kesedihan. Ini normal, karena hidup sudah susah, mau cerita yang susah itu berasa tambah susah, hehe.

Tapi tidak menutup kemungkinan jika kamu menelusuri agak dalam, mungkin karena biasanya website-website yang bercerita tentang kesusahan pernikahan itu kurang SEO friendly. Jadinya, susah naik di halaman awal Google, apalagi di peringkat atas.

Beberapa hari yang lalu saya juga sempat tidak sengaja mengunjungi sebuah situs, meskipun entrinya hasil copasan karena di sana tertera sumber aslinya, bercerita tentang bagaimana nasib seorang istri yang teraniaya karena suaminya yang punya kebiasaan aneh. Dan ini mungkin hanya seklumit dari kesedihan-kesedihan yang tak pernah tertulis di blog atau apa pun.

Kalo tentang enaknya menikah, pasti kalian lebih hafal dari saya, hehe. Kalo tentang ga enaknya, mungkin orang yang udah menikah juga udah hafal. Nah, tapi jarang banget ada yang ngasih bocoran. Berikut ini adalah beberapa ga enaknya menikah yang saya tulis tapi tanpa poin-poin. Saya ceritakan lebih mengalir saja.

Kebanyakan orang menikah biasanya akan sangat dibebani dengan biaya pernikahan. Meskipun ini tidak semua, tapi kebanyakan ini terjadi di zaman ini. Sedikit sekali calon mertua yang rela anaknya dinikahi dengan acara yang biasa-biasa saja. Jujur, saat aku menikah dulu saya ambil acara yang tidak mewah. Ijab qobul hanya cukup di masjid. Tidak ada acara rame-rame. Hanya mengundang tetangga, saudara, dan temen kuliah (yang sengaja nekat datang, padahal saya udah bilang kalo tempatnya jauh). Ga ada sound system atau apa lah, ga ada siraman atau ritual apa. Cuma ceramah dari ustad lokal di daerah rumah istri saya. Acaranya cuma 3 jam doang, habis itu tutup, hehe.

Saya dan istri emang sepakat agar menyelenggarakan pernikah sesederhana mungkin. Meskipun sederhana, ternyata masih habis banyak. Maklum karena lintas provinsi. Duit lebih habis di perjalanan karena harus sewa bus dan lain-lain. Kami sepakat bahwa jangan sampe malam pertama malah mikirin utang. Alhamdulillah tidak ada utang, bahkan justru ada uang lebih.

Namun, sayangnya mendapatkan perempuan yang sadar akan hal ini sangat sulit. Tidak menyalahkan pihak perempuan sih, karena emang zaman seperti ini gengsi lebih diutamakan. Jika dibilang uang adalah faktor kebahagiaan sebuah rumah tangga, justru ini salah besar. Jangan anggap jika kamu sudah mapan secara materi, tidak akan ada cekcok. Cekcok pasti ada. Level cekcok ini akan lebih dipengaruhi akan pengetahuan pasutri tentang pernikahan.

Untuk itu, saya sarankan berilmulah tentang pernikahan sebelum menikah. Bukan karena apa, sama halnya kamu beli alat atau perangkat tertentu kamu pun akan membaca manual book-nya. Kalo enggak, perangkat itu bisa dipastikan tidak awet dan mungkin rusak saat itu juga. Jika kamu anak elektro, pasti kamu tahu bagaimana memperlakukan IC. Jika kamu asal pasang IC tanpa memperhatikan input/output-nya pasti ga bakal jalan dengan benar. Yang paling fatal lagi jika kamu salah memasukkan besar tegangan yang dibutuhkan. Bisa-bisa IC rusak sebelum bisa digunakan. Untuk itu sebelum memasang IC, bacalah datasheet-nya dulu.

Menikah tidak asal karena cinta. Saya bisikin yah, cinta itu sangat jarang dibicarakan saat kamu sudah menikah. Ketika menikah, kamu akan sering bicara lainnya; misal tentang rencana masa depan, jadwal ke pasar, perabot rumah yang belum ada, dan hal-hal lain yang menyangkut operasional rumah tangga. Jika dihitung kamu akan membicarakan cinta mungkin seminggu cuma sekali dan itu mungkin tidak lama dari satu jam. Ga percaya? Percayalah :D

Kesedihan selanjutnya adalah ketika istrimu berseberangan dengan ibumu. Nah, ini yang paling banyak terjadi. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena istrimu kurang terbiasa dengan lingkungan keluargamu. Ini bukan masalah yang remeh. Komunikasi dalam rumah tangga memegang peranan penting. Biasanya kamu sebagai suami kamu akan bingung ketika dihadapkan dengan hal ini. Untuk itu perlu ilmu dalam masalah ini. Caranya? Belajarlah sebelum menikah. Cari kira-kira masalah apa saja yang akan terjadi nanti dan bagaimana solusinya. Ingat, hak ibumu kepadamu lebih besar dari hak istrimu kepadamu. Menikah penuh persoalan mengenai prioritas. Perlu diingat juga, tidak hanya kamu yang harus belajar, tapi juga calon istrimu. Apakah dia sudah tahu apa hak dan kewajibannya. Tanyakan, sebelum kamu lebih sedih lagi :)

Seperti orang yang memegang pisau. Jika tidak lihai, betapa banyak luka yang akan kamu dapatkan di tanganmu bahkan di bagian tubuhmu yang lain. Atau yang lebih parahnya kamu bisa terbunuh atau orang lain yang terbunuh. Menikah ibarat memegang pisau. Jika bisa megangnya, kamu bisa gunakan untuk masak tanpa terluka.

Sayangnya kesedihan tidak berhenti di sini. Biasanya akan ada masalah dari pihak mertua. Entahlah apa itu bentuknya, karena sampe saat ini saya dengan mertua oke-oke saja. Mungkin beberapa orang lainnya tidak oke. Karena mertuanya beda, ya jelas masalah yang muncul beda. Kedewasaan mertua dalam menjadi orang tua juga berpengaruh dalam rumah tanggamu. Memang kamu menikah dengan anaknya, tapi interferensi mertua kadang muncul. Saranku, jangan libatkan orang lain (biasanya mertua atau orang tuamu) dalam masalah kalian berdua. Percayalah, nanti masalah itu bakal terselesaikan dengan sendirinya entah dengan cara apa. Jika kamu melibatkan orang lain, ketika masalahmu selesai, orang lain itu yang akan membuat masalah. Ga percaya? Coba aja :D

Kesedihan selanjutnya adalah kamu akan melihat peringai istrimu yang sebenarnya. Bagaimana cara tidurnya yang sangat tidak anggun. Bagaimana dia kentut sembarangan saat bersama denganmu. Atau mungkin hal-hal absurd lainnya yang tak akan pernah muncul ketika kalian pacaran. Ga percaya? Pasti yang ini kamu bakal percaya. Yang paling menakutkan adalah kamu akan tahu bagaimana marahnya seorang perempuan, bagaimana menyebalkannya mereka. Kebanyakan perempuan kurang mensyukuri apa yang diberikan oleh suaminya. Ini sangat menyedihkan dan ini akan dirasakan oleh setiap laki-laki yang menikah. Sakitnya tuh di ... ah, sudahlah :)

Kesedihan lainnya adalah waktumu akan terbagi bahkan mungkin tersita seluruhnya. Jika kamu sebelumnya bisa ngapa-ngapain, maka tiba-tiba istrimu ngambek karena kurang perhatian terhadapnya. Padahal nih kadang laki-laki udah ngerasa ngasih yang terbaik buat istrinya. Tapi ya gitu, kadang si istri masih merasa kurang diperhatikan. Mungkin kamu tidak akan percaya jika istri saya akan ngambek kalo saya tidak SMS duluan (jika lagi ga bareng) atau nyapa dia duluan di pagi hari. Ini menurut laki-laki (apalagi saya) adalah hal remeh, tapi buat cewek ini hal besar. Coba bayangkan betapa absurdnya hal ini. Mungkin istri saya akan tersenyum saat baca ini. Tapi sekarang istri saya sudah tobat, ga ngambek lagi kalo ga di-SMS :D

Selanjutnya adalah ujian awal menikah, biasanya penghasilan kamu akan drop. Jatuh dengan sejatuh-jatuhnya. Saya juga sempat mengalami hal ini. Bahkan hingga sekarang, hehe. Saya sarankan, siapkan tabungan yang cukup sebelum menikah karena kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ternyata hal ini ga hanya saya aja yang ngalami, kakak ipar saya juga merasakannya. Mengapa hal ini terjadi, bukankah kalo menikah bakal nambah rejeki? Pasti kalian mikir kayak gitu, aku juga. Inilah rahasia Alloh, pasti ada hikmah di balik hal ini. Saya juga belum mendapatkan jawabannya karena saya menikah baru setahun lebih. Biasanya hikmah itu muncul agak lamaan.

Yang jelas hikmah di balik jatuhnya penghasilan setelah menikah adalah untuk mengetes seberapa tahan kamu untuk tidak mengambil penghasilan yang haram. Kalo saya mau, saya bisa gunakan cara yang haram. Tapi istri saya bilang, udah lah mending sedikit daripada banyak tapi haram. Sebagai suami, saya manggut-manggut saja. Di dalam hati sedih karena ga bisa nyenengin istri, tapi di sisi lain seneng karena istri saya tidak gila harta.

Kesedihan selanjutnya adalah ketika istri sedang sakit. Saya sempat kelabakan saat istri saya mendadak mengeluarkan bercak darah. Maklum sih karena baru pertama kali jadi suami, hehe. Dulu takut banget saat istri saya kayak gitu. Takut keguguran. Kalau udah keguguran, ah saya ga bisa ngebayangin. Saya dulu pernah tahu gimana ibu saya keguguran dan hampir-hampir membahayakan nyawa ibu saya. Sebagai seorang suami harus tanggap dan siap nganterin istri ke dokter spesialis kandungan. Alhamdulillah kandungannya masih kuat waktu itu.

Masih berkutat masalah istri sakit, istri saya sakit lumayan banyak kalo dihitung, hehe. Suami harus rela menjadi sakit juga saat istri sakit. Kug gitu? Ya gimana ga ikutan sakit kalo harus berkali-kali bangun di malam hari melayani istri ini itu. Dan secara ukuran lelaki normal, hal ini menyebalkan. Kalo saya sih enggak ngerasa begitu, karena saya sedang jatuh cinta dengan istri saya. Apa sih yang bikin capek orang yang jatuh cinta? Beribu kilometer pun akan ditempuh demi orang yang dicintainya. Maaf, mungkin ini berasa gombal yah, hehe.

Kesedihan selanjutnya adalah punya anak. Banyak sekali orang di luar sana mikir kalo punya anak itu enak. Hmmm, saya sih kurang sepakat. Yang enak itu proses bikin anaknya, hehe. Setelah itu isinya penuh dengan kesusahan dan tanggung jawab. Sekedar berbagi, semenjak istri saya melahirkan; waktu tidur saya tidak karuan. Untungnya anak saya nyusu ke ibunya, jadi kalo tengah malam bangun tinggal colokin aja. Bayangkan kalo pake susu formula, saya harus sterilin botol dulu. Setelah itu bikin susu. Iya kalo ga keburu nangis duluan, riweuh banget lah.

Hal yang hingga kini terjadi adalah anak saya biasanya gangguin saya tidur. Entah kenapa dia ga mau gangguin emaknya. Kadang anak saya ga mau tidur-tidur karena siangnya udah kebanyakan tidur. Sebagai bapaknya, saya ya nungguin dan becandain anak saya sampe dia cape lalu tertidur. Capek kan? Untungnya saya kerja serba remote. Jadi mau kerja kapan aja bisa. Tapi ada hal yang paling saya suka dari hal-hal itu. Anak saya kayaknya tahu kalo saya bapaknya. Saat saya lagi ga sama dia, kalo dia rewel istri saya kasih foto saya, dia langsung diem lalu dia teriak-teriak ceria lagi. Mungkin foto saya mengandung sesuatu, hehe. Jika kamu sedih, coba kamu pandangi foto saya. Mungkin kesedihanmu juga hilang :D

Banyak sekali kesedihan-kesedihan lainnya yang mungkin tak tertulis di sini. Ini aja udah kepanjangan yah. Saya bisikin kalo nikah itu sebenarnya percampuran antara kebahagiaan dan kesedihan yang didominasi dengan kesedihan. Tapi jangan putus asa dulu. Anggap saja kesedihan itu adalah musim kemarau yang panjang dan kebahagiaan itu adalah hujan sehari. Ketika hujan datang, kamu akan melupakan kemarau panjang itu. Di dunia ini apa sih yang ga susah? Susah semua, kecuali sangat sedikit kemudahan. Karena dunia bukanlah tempat berlabuh. Sebagai seorang muslim, sangatlah mafhum bahwa dunia ini bagi seorang muslim ibarat penjara. Saya bukan sok bijak loh yah, karena ini (yang ditebalkan) bukan perkataan saya, tapi perkataan Rosululloh. Semua perkataan manusia boleh ditolak, kecuali perkataan Rosululloh.

Adik saya (yang menderita sakit lemah syaraf mata sejak kecil) pernah bertanya kepada saya mengenai takdir. Kira-kira seperti ini.
Adik: Mas, apakah saya ini ditakdirkan begini?
Saya: Ya, benar.
Adik: Kapan saya bisa sembuh? Saya udah berobat ke mana-mana ga sembuh juga.
Saya: Ya kalo Alloh menakdirkan kamu sembuh.
Adik: Kalo gitu Alloh ga adil dong. Katanya orang yang berusaha pasti sembuh.
Saya: Ya adil lah. Kan pasti sembuh, tapi ga tahu kapannya.
Adik: Kalo sampe mati saya ga sembuh-sembuh gimana?
Saya: Loh, justru kalo mati itu berarti sembuh.
Adik: Loh kug bisa?
Saya: Karena kamu ga merasakan sakitnya penyakit kamu lagi.
Adik: (Bingung)
Saya: Begini, kamu masih ingat 'kan hadist tentang wanita hitam yang epilepsi.
Adik: Iya, ingat.
Saya: Apakah dia sembuh dari epilepsinya?
Adik: Enggak.
Saya: Tapi kamu tahu 'kan apa balasannya?
Adik: Iya tahu. Dia dapat jaminan surga atas doa Rosululloh.
Saya: Ya bisa saja itu terjadi dalam kasusmu.
Adik: (Diam)
Saya: Kita ga akan pernah tahu apa yang terjadi di masa datang. Apalagi masalah kesembuhan penyakit yang didiagnosis sama dokter ga bisa disembuhkan. Yang perlu kamu lakukan adalah bersabar dan tidak mengeluh. Apakah kamu mengeluh bisa menyembuhkan penyakitmu? Enggak 'kan? Yang ada malah bikin kamu makin sakit. (Sekedar catatan: adik saya kalo lagi galau mikir penyakitnya, lehernya jadi kaku dan ga bisa noleh)
Adik: Iya sih emang.

Bicara tentang adik saya, sebenarnya dia udah ada yang naksir. Bahkan pihak ceweknya sering ke rumah. Tapi adik saya ga menanggapinya. Ibu saya juga sering becandain adik saya dengan nawarin ngelamar tuh cewek. Tapi ya urusan menikah itu bukan soal cinta saja. Adik saya sangat sadar dengan kondisinya yang sakit. Dia tidak mau terbebani lagi dengan selain apa yang ia hadapi sekarang. Menikah memang soal pilihan, walau banyak cewek yang lagi antri nungguin kita bilang iya.

Jujur paras adik saya lebih cakep dari saya dan tubuhnya lebih bagus. Bahkan dulu saat dia SMA, dia dikejar-kejar cewek sampe ke rumah. Tapi adik saya ga nanggapin. Bukan masalah tidak suka, tapi adik saya masih fokus dalam pengobatan penyakitnya. Saya juga sering bilang ke dia, kalo setiap manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dia punya wajah cakep, kekurangannya adalah dia punya penyakit syaraf mata.

Adik saya juga belajar dari kehidupan rumah tangga saya. Dia amati gimana saya jungkir balik dalam menghadapi rumah tangga. Dia juga belajar tentang bagaimana saya mengambil keputusan-keputusan yang kadang menurut dia janggal. Dan dia sempat bilang ke saya, dia menyimpulkan kalo berumah tangga itu susah dan penuh kesedihan. Dan dia belum siap untuk menghadapi hal itu. Menikah juga bukan karena umur dan materi, tapi lebih karena kesiapan mental. Perawat yang sering ke rumah ngerawat bapak saya juga udah berumur 28 tahun namun dia belum berani mengajak pacarnya menikah.

38 komentar:

  1. eh, kok sama ya aku juga dapet ujian penghasilanku drop banget waktu itu jauh banget dari sekarang, tapi karena sama2 terbiasa "susah" segitu masih gede sih :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan koko juga masuk dalam artikel itu sebagai "kakak ipar" haha :D

      Hapus
  2. Saya senyum-senyum sendiri baca tulisan ini.. Makasi yaa sharingnya. Rasanya semakin dipikir semakin rumit pernikahan itu. Yah, mungkin terkadang memang ada hal-hal yang lebih mudah untuk dijalankan daripada hanya dipikirkan saja. Toh, banyak juga kan yang walaupun bilang menikah itu susah, gak enak, tapi tetep aja pernikahannya langgeng aman tentram bahagia,.
    Semoga keluarga mas Iskandar juga demikian ya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, karena nikah ga hanya bisa dipikir doang
      action action dan action #gayaJokowi
      amin :)

      Hapus
  3. panjangan banget, dari tadi udah ngarep liat kotak komentar :D
    Sekarang klo Iska gak sms enny biarin mending bobo, cape nyuruh Iska sms mulu, kyk nyuruh batu loncat ke kali aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah, ada 2096 kata :D
      wekeke, masa perumpaannya batu loncat ke kali :P

      Hapus
    2. terus apa dong?
      kyk nyuruh aisyah nenen sama iska, gitu?:D

      Hapus
    3. itu sih bisa, kan udah berkali2 Aisyah salah sasaran
      cuma ga keluar aja air susunya :D

      Hapus
  4. tinggal colokin?
    :v

    thanks for sharing..

    semoga adiknya lekas sembuh..
    dan yang pasti, semoga adik sampeyan diberi kekuatan dan kesabaran menerima keadaannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas
      tinggal colokin aja
      tanpa harus dalam keadaan sadar :P
      karena bayi punya sensor yang hebat

      amin :)

      Hapus
  5. Insya Allah kalau sudah waktunya adiknya menikah juga ya. tumben ini postingannya panjang :)

    BalasHapus
  6. Ini yg nulis pasti anak elektro/IT, soalnya kenal IC :v
    Curhatnya lucu mas *padahal serius ya itu :)
    Semoga adik & bapaknya mas tetap diberi kesehatan (meski sakit), anak & istri mas jg semoga sehat selalu. Yang akur ya mas sama anaknya :v

    BalasHapus
  7. yang penting suka duka dilalui bersama :))) lagian kan nikah itu ibadah. ya pasti dicoba biar bisa naik tingkat derajatnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang secara teori mudah :D
      tapi lebih seru saat dipraktikkan

      Hapus
  8. Ini kayaknya emang post terpanjang yang pernah tak baca di blog ini. Trims, John, udah bahas topik yang terkesan riskan ini.

    Sebenarnya sih jarangnya orang membicarakan hal-hal tidak enaknya pernikahan bukan hanya di internet, tapi juga di dunia nyata. Justru yang di dunia nyata itulah yang berbahaya, karena orang sering segan jika ingin bertanya secara terang-terangan. Aku sendiri juga gitu. Pas di dunia nyata ditanya "kapan kawin?" misalnya, aku lebih suka diam saja. Karena kalau dijawab/dijelasin pun percuma, mereka belum tentu mau dengar. Beda soal kalau di dunia maya. Kalau ada yang coba tanya "kapan kawin?", akan langsung tak kasih link blogku, biar dia bisa membacanya sendiri.

    Btw, soal turunnya rezeki setelah pernikahan itu aneh ya. Soalnya nyaris semua temanku juga gitu. Yang hidupnya semula bisa dibilang sukses, tiba-tiba drop setelah menikah. Yang tadinya hidup nyaman berubah susah. Jadi kalau dibilang pernikahan dapat melancarkan rezeki tuh gimana korelasinya, coba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. soal rejeki yah? hehe
      tentu ada hikmah di balik drop-nya rejeki itu
      karena kondisi yang lagi drop seperti ini, hal yang paling dilakukan adalah berprasangka baik pada Alloh
      karena berburuk sangka pun tidak akan merubah kondisi menjadi baik, bahkan malah memperparah kehidupan :D

      mungkin saat ini aku ga bisa beri jawabannya, karena emang belum ada jawaban dalam masalah ini (maklum, baru 1 tahun lebih nikah)
      aku yakin ada jawabannya kelak, dan biasanya emang gitu :D

      dulu aku juga ga lulus SNMPTN di tahun pertama, ternyata banyak hikmah dari hal itu semua ... padahal kalo dilihat kesannya adalah negatif/kegagalan
      tapi sekarang aku tahu jawaban dari teka-teki tidak lulus SNMPTN waktu itu

      #masalah korelasi:

      bisa jadi berkurang jumlah pemasukan itu bukan berarti berkurang secara makna
      kadang emang secara nominal berkurang, tapi rasanya lebih banyak
      pernah ga ngalamin kayak gitu? aku sih pernah
      kadang Alloh berkehendak mengubah sesuatu yang dulunya kecampuran barang haram, dimurnikan saat menikah
      tentu yang campuran itu jumlah lebih banyak dari yang murni

      terkadang itu adalah cara Alloh untuk mengganti dengan sesuatu yang lebih besar; maksudnya agar kita tidak berada dalam zona nyaman dan dituntut berpikir untuk lebih produktif lagi
      jujur, awal nikah ... produktivitas pasutri akan sangat merosot, dengan cara itu sebenarnya Alloh menegur

      dan seandainya itu semua luput, hikmah lain yang bisa didapat adalah itu adalah cara Alloh buat nunjukin ke pihak suami gimana sih sebenarnya kecintaan istrinya pada suami
      apakah dia tipe istri "ada uang abang disayang, ga ada uang abang ditendang" atau tidak
      dan sialnya, banyak cewek yang ga lulus ujian ini; sehingga akhirnya suaminya tahu bahwa kadar kecintaan istrinya hanyalah pada hartanya ... ujung2nya ketika suami tahu bahwa istrinya tidak benar2 cinta pada dirinya, tinggal tunggu aja ... ga lama pasti cekcok

      makanya aku sering merasa risih dengan orang yang bilang kalo nikah harus mapan punya rumah, mobil, dll
      mereka pikir dengan semua itu mereka bisa membuat istrinya puas dan mencintainya?
      apakah mereka tidak berpikir bahwa dalam waktu sekejap pun bagi Alloh sangat mungkin untuk mengambil itu semua?

      jika pernikahan sesederhana itu (punya ini itu pasti bahagia) menurut orang2 yang mapan, maka mereka telah salah jalan
      mereka jauh lebih tertipu daripada orang yang ga mapan2 amat tapi mereka yakin bahwa kebahagiaan pernikahan banyak faktor yang menentukan

      menikah atau tidak sebenarnya ini adalah pilihan
      tapi ingat, pilihan ga bisa diralat karena umur terus berjalan
      sebenarnya menikah itu semacam memilih di-DO oleh kehidupan dari universitas kenyamanan demi tujuan awal kita tercapai
      tinggal menanyakan aja, sebenarnya tujuan awal kita menikah apa
      itu akan menentukan langkah selanjutnya

      jika menikah karena harta, insyaAlloh dia akan kecewa ... karena penghasilan kebanyakan orang menikah berkurang
      jika menikah karena cantik, insyaAlloh dia juga akan kecewa ... karena sebentar lagi (dalam waktu 1 tahun) dia akan menjadi jelek (gendut setelah melahirkan), selain itu wanita akan jelek saat umur 50 tahun
      jika menikah karena kedudukan, insyaAlloh dia juga akan kecewa ... di dunia ini kedudukan apa sih yang abadi? direktur aja bisa dipecat oleh atasannya

      la terus harus menikah karena apa? heheh ... pasti kamu tahu jawabannya apa :)

      Hapus
    2. jangkrek, komentar iki luweh dowo timbang postingane cak. hahaha.

      Hapus
    3. wekeke, moso' mas? :D
      jek dowoan postingane kug ;)

      Hapus
    4. Masalah orang yang bilang kalo nikah harus mapan dulu, menurutku itu ga salah kok mas (masalahnya ukuran "mapan" itu mau sampai di mana).

      Karena mungkin dia melihat kehidupan keluarganya yg ga nyaman, yg mungkin karena berkekurangan secara materi, dsb. Aku juga gitu. Aku berkaca pada kehidupan keluargaku yg sangat kesusahan karena ga punya uang pas mau bayar sekolah, bayar ini-itu. Aku (dan ortuku juga) ga mau kalo kesusahan2 yg seperti itu juga terjadi di keluarga masa depanku kelak.

      Jadi kalo besok mas denger org ngomong kayak gitu lagi, berprasangka baik aja mas, mungkin itu karena dia hanya mau menjamin masa depan keluarganya aja :)
      *ya...meskipun kita ga tau apa motifnya yg sebenarnya

      Hapus
    5. kalo menurut alfa, ukuran mapan itu sampe di mana?

      seandainya mas alfa nikah pada awalnya dalam posisi sudah mapan, apakah tidak mungkin mengalami kekurangan di kemudian hari? bukankah roda kehidupan ini akan berputar? kan ga mungkin orang selalu susah terus, begitu juga seneng terus, lantas bagaimana jika keinginan mas alfa itu ternyata tidak tercapai?

      kalo saya sih ya berprasangka baik, karena memang trend-nya orang tua jaman sekarang emang suka menantu yang mapan ... biar bisa menjamin kehidupan anaknya, mungkin itu yang ada di otak para orang tua jaman sekarang

      Hapus
    6. Sblmnya, aku mau meluruskan sesuatu. Aku cewek mas, bukan cowok. Hehe

      Ukuran mapan menurutku: punya pekerjaan dengan income tetap (tetap ada tiap bulan, gitu maksudnya). Buatku mapan itu ga harus nunggu punya rumah/mobil pribadi, itu bukan patokan buatku.

      Benar, aku juga setuju. Roda hidup selalu berputar, sangat mungkin kita yg sekarang mapan nantinya akan mengalami kekurangan (dan juga sebaliknya).

      Tapi, setidaknya mapan di awal itu sudah sedikit menjamin. Masalah nantinya aku & keluarga mengalami kekurangan, ya mungkin itu rintangan hidup di kemudian hari, siapa yg tau akan terjadi hal seperti itu? Yg penting kita tetap berusaha aja.

      Hapus
    7. ouwalah, maaf

      kalo cuma kayak gitu namanya bukan mapan, itu merintis untuk mapan

      karena kamu cewek, ya itu tidak bisa diperdebatkan
      karena cewek berhak meminta mahar apa pun

      Hapus
  9. Mas,,, gmn caranya bahwa kita siap nikah? Jika memang menikah itu sesusah itu dgn kejutan2 yg tak terbayangkan, maka apakah ada standar atau syarat minimal untuk orang yg belum dan ingin menikah?

    #sebelumnya selamat buat pernikahan sama anaknya mas....barakallah
    hehhe,,,baru tau kabarnya soalnya,,,pas ketemu fikri bbrp hari lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. gimana yah ... ga ada pakemnya sih :D
      umur menentukan kedewasaan pasangan, tapi kadang meskipun berumur muda tapi secara mental udah dewasa
      yang jelas ada uang untuk persiapan nikah dan kebutuhan operasional
      selanjutnya adalah ada yang dinikahin, kalo ga ada yang dinikahin, mau nikah sama apa :D
      dan yang lebih penting dari itu semua adalah ilmu mengenai nikah, harus dimiliki dua belah pihak

      standar minimal? sekali lagi ga ada pakemnya ... kamu siap secara mental, ya monggo ... jika belum ingin menikah ya jangan menikah dulu, tunggu sampe ada keinginan ... karena hal ini akan jadi sesuatu yang akan kamu pertahankan nantinya
      kalo ga ingin nikah atau nikahnya kepaksa, kalo ketemu ujian bisa2 langsung bubar dalam waktu cepat karena ga ada keinginan untuk mempertahankan hubungan

      iya makasih, Fen (kug bisa tahu saya yah? hehe, jangan tanyakan) ... gimana kabarmu? atau ente juga ingin nikah juga atau sebenarnya sudah menikah?

      Hapus
    2. wkwkw,,..padahal udh pake anonim,,,tapi ketahuan,,,hehe
      saya belum nikah mas,,,,pingin tapi masih ada perkara2 yg harus diselesaikan dulu...masih belajar buat bekal dan mencari nasehat2 dulu....dan yang paling penting karena belu ada yg dinikahi

      Hapus
  10. prinsip saya saat mau menikah dulu : calon istri harus cocok n klop sama saya keluarga begitupun sebaliknya, karena menikah adalah tidakk hanya menyatukan dua kepala, tetapi dua keluarga... trus cinta itu penting bagi rumah tangga, tapi bukan segala2nya... ada respect dan kasih sayang disana berbalut optimisme.. sebenernya ga ada pernikahan yang tidak enak selama perjalanannya konsisten dengan niat awal lillahi ta'ala

    BalasHapus
  11. assalamu'alaikum, Cak John.
    Bagian "Ingat, hak ibumu kepadamu lebih besar dari hak istrimu kepadamu." penjelasannya bagaimana ya? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam
      oualah yang itu ... dalam Islam, anak laki-laki harus patuh pada ibunya, melebihi patuhnya pada ayahnya
      jadi tentu hak ibu atas anak laki2nya itu lebih gede dong dari hak istrinya
      ibu kan yang mengandung, menyusui, merawat hingga gede
      sedangkan istri hanya tinggal memanen apa yang dilakukan oleh sang ibu

      sedangkan untuk anak perempuan, ketika dia sudah menikah ... dia harus patuh kepada suami melebihi kepatuhannya pada orang tuanya sendiri

      kalo pengen lebih jelasnya lagi, silakan baca2 fiqih nikah
      di buku2 yang ngebahas ttg nikah biasanya lengkap banget sama dalilnya juga yan

      Hapus
    2. oh begitu, oke I will keep that in mind. :)
      makasih, aku juga bakal baca2 fiqih nikah (meskipun embuh nikahe kapan. hehehe)
      anakmu udah umur berapa, cak john? cewek/cowok? :)

      Hapus
    3. anakku umur 9 bulan, cewek

      Hapus
  12. assalamu'alaikum,
    saya senyum sendiri baca artikel nya...
    terimaksih banyak ya

    BalasHapus
  13. sy sebulan lg insyaAlloh ijab kabul,
    baca artikel ini malah jadi makin bingung jadi abis jadi penganten mau ngapain ??? takut jg ga awet prnikahannya sy klo nyangkut keuangan. sy orang susah dpt calon mertua yg lg kesusahan bayar hutang. dan sy saat ini jadi ngikut hutang buat acara resepsinya nanti. syng jg klo nanti kejadian "ada uang abang disayang, ga ada uang abang ditendang". trnyata UANG ADALAH KUNCI DARI SEMUA MASALAH KELUARGA apapun itu niat awal nikahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saran saya sih kalo bisa nikah jangan sampe ngutang
      karena utang bikin resah

      Hapus