Persona Intikalia

6 Agu 2015

Pengalaman Ikut Transaksi Jual Beli Rumah

Sekitar tujuh tahun yang lalu, saya baru saja lulus dari SMA. Saat itu, seperti bocah SMA lainnya, saya ikut SNMPTN untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi idaman saya. Namun, karena memang saya yang kurang rajin belajarnya, tidak bisa masuk satu pun dari dua pilihan yang saya pilih saat SNMPTN. Kalo ditanya apakah sedih? Tentu saja saat itu saya sedih. Namun, mengingat upaya belajar saya, saya jadi malu untuk sedih.

Orang tua saya sudah menyiapkan uang untuk biaya kuliah saya waktu itu. Saat orang tua saya tahu kalo saya tidak lolos SNMPTN, orang tua menawarkan apakah saya mau kuliah di swasta atau bagaimana. Saya pun menjawab, saya ingin tetap kuliah di negeri saja. Tapi tidak tahun itu, tahun selanjutnya. Saat itu orang tua saya pun mengerti keinginan saya dan tidak memaksakan harus kuliah tahun itu juga.

Saya tahu setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Ternyata, tak lama kemudian ada saudara yang memberitahukan kepada orang tua saya, bahwa ada rumah yang mau dijual. Daerahnya tidak jauh dari rumah saya, masih satu kecamatan. Mendengar kabar itu, orang tua saya bergegas ke sana dan mencari tahu berapa harga yang diberikan oleh si empunya rumah. Setelah dapat harganya, orang tua saya tertarik untuk membelinya.

Yang saya kagumi dari orang tua saya adalah beliau masih berdiskusi dengan saya, untuk menggunakan uang biaya kuliah saya agar dapat membeli rumah tersebut. Padahal itu juga uang beliau, 'kan terserah mau diapain. Saya pun menyetujuinya. Lagian juga uang kalo dianggurin akan berkurang nilainya. Berbeda dengan kalo diputar untuk kebutuhan atau investasi lainnya. Saya pun meyakinkan orang tua saya bahwa tahun depan insyaAlloh ada gantinya.

Deal

Bapak saya pun mengajak saya ke rumah tersebut untuk menyaksikan bagaimana seni jual beli rumah. Saya yang masih baru lulus SMA pun hanya memperhatikan bagaimana mereka berbicara dan tawar menawar. Saya sih memahami mengapa bapak saya mengajak saya ikutan nimbrung di sana. Yang pertama jelas ingin mengajarkan bagaimana cara menawar harga saat nanti kalo sudah punya duit sendiri untuk beli rumah.

Dari pengalaman ikutan nimbrung jual beli rumah, seenggaknya saya mendapatkan kesimpulan bahwa menjadi makelar jual beli rumah itu lumayan banget untungnya kalo deal. Pantesan beberapa rumah yang dijual sering terlihat plang bahwa mereka tidak menerima makelar, mereka hanya menerima pembeli langsung.

Ya mungkin karena makelar ini bisa me-markup harga yang lumayan tinggi, sehingga rumah tidak laku cepat. Selain itu, makelar ini juga meminta imbalan pada dua pihak, pembeli dan penjualnya juga. Mungkin kalo di penjualnya, makelar akan meminta komisi lebih besar lagi. Tapi hal itu sangat wajar, karena intensitas orang jual beli rumah tidak seintens orang jual beli makanan.

Bagi kamu yang mau menjual rumahnya, kini tidak perlu sulit lagi untuk menemukan pembeli dan bisa bebas dari makelar. Kamu bisa memasarkan rumah kamu secara online di Urbanindo.com. Tak hanya penjual saja sih, buat kamu pembeli pun sama. Bisa menemukan banyak penjual di sana dengan informasi harga pasar rumah di suatu daerah.

Urbanindo.com

Selain itu, di Urbanindo kamu juga bisa mendapatkan pengetahuan lainnya tentang rumah dengan fitur Panduan Pintar. Website tersebut sangat dibutuhkan buat orang seperti saya yang akan membeli rumah sendiri nantinya.

1 komentar: