Persona Intikalia

4 Okt 2015

Sudah Jatuh Ketimpa Tangga Ketimpa Genteng Juga

Perkara mati memang hal yang biasa. Semua orang pasti mati entah itu mati saat masih kecil atau sudah dewasa. Kematian bukan hal yang menyenangkan. Ya iyalah, hehe. Tiap dari kita pasti pernah melihat sanak saudara kita meninggal. Pertama kali saya melihat ayah saya meninggal rasanya sakit banget. Tapi ternyata masih lebih sakit lagi ketika anak saya meninggal.

Pasca ayah saya meninggal gak ada ritual-ritual bodoh apa pun yang perlu kami lakukan. Meninggal ya udah, kami semua diam di rumah tanpa meratapi. Sambil terus berjuang karena saat itu saya masih harus mengikuti ujian nasional. Beda saat anak saya meninggal. Pasca Hafsoh meninggal justru keluarga harus ribet menggelar tahlilan hari itu juga. Padahal kami sedang berduka tapi kenapa harus masak-masak untuk orang yang katanya ngedoain. Belum lagi yang ngedoain belum tentu doanya dikabulkan. Bayangin aja doanya gak khusyuk. Padahal kalau berdoa harus khusyuk.

Saya sempat menolak habis-habisan ritual itu tapi tetap gak bisa. Masalahnya kami numpang di rumah ibu suami. Sudah jadi hal yang biasa kalau ada orang yang meninggal harus pake tahlilan segala. Kalau gak, bisa dicerca habis-habisan oleh tetangga. Lucu banget kan? Orang udah bersedih, ketika gak menggelar tahlilan malah dicerca. Harusnya yang mencerca mikir juga tuh kenapa yang gelar tahlilan itu yang ketimpa musibah. Kenapa bukannya para tetangganya yang justru menghibur orang yang tertimpa musibah. Kenapa yang ketimpa musibah harus masak-masak untuk orang lain yang gak tertimpa musibah?

Berasa jatuh ketimpa tangga masih juga ketimpa genteng. Sakit? Ya sakit bangetlah. Tapi kebanyakan orang gak mau melepas adat ini karena sudah mendarah daging. Memang karena kelamaan dijajah sama Belanda jadi kalau gak susah gak enak kayaknya. Saya memang kesal sekali dengan adat ini. Lagi pula tahlilan yang digelar bukanlah ibadah yang diajarkan Rasululloh atau sahabat. Mau dibilang wahabi? Terserah deh, bukan urusan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar