Persona Intikalia

16 Jun 2012

Antara Imajinasi dan Intikali

Dulu, aku sempat menyukai seorang cewek. Aku tahu dengan pasti, dia juga mencintaiku. Namun, jika takdir menakdirkan, maka apalah daya tangan mau menghapusnya tak bisa. Cerita ini sederhana, namun kamu mungkin bisa mengambil hikmah dari cerita ini.

Aku dan dia memang dalam keadaan bersitegang saat itu. Aku berpikir, ini tak 'kan lama. Mungkin satu atau dua hari lagi aku dan dia akan menjadi baik lagi. Memang tak ada yang mengakui di antara aku dan dia siapa dulu yang suka. Yang jelas, aku dan dia saat itu sama-sama suka namun saling memendam rasa, namun sudah terlalu besar pendaman itu sehingga muncul gundukan yang sama-sama diketahui oleh aku dan dia.

Perkiraanku salah. Seminggu setelah peristiwa itu, aku kira mungkin satu minggu lagi dia akan baikan. Ternyata tidak. Hingga satu bulan, dua bulan, dan ketika aku dan dia berjabat tangan di akhir pertemuan itu. Namun, tetap saja tidak ada kata "baikan" meskipun setelah berjabat tangan. Tidak ada yang mengalah di antara kita. Entah, mungkin aku yang malu, ego, atau memang tidak menganggap itu adalah hal yang besar.

Aku juga berpikir aku akan bertemu lagi mungkin setahun mendatang di saat yang tepat. Ternyata tidak. Satu tahun, dua tahun, bahkan hingga sembilan tahun penantianku, tetap saja saat itu tak kunjung muncul. Saat di mana aku mau meminta maaf padanya dan dia memaafkanku. Entah, ini takdir baik atau buruk. Tapi itulah faktanya. Aku dan dia pun kini sudah jarang bertemu. Aku bertemu dia terakhir, satu tahun yang lalu ketika sepuluh hari sebelum ulang tahunnya. Itu pun hanya berpapasan dan tidak saling sapa. Mengenaskan memang. Tapi itulah takdir. Takdir benar-benar menggerakkan ego ku dan dia.

Aku pun kini juga menganggap dia sudah lalu dan mungkin tidak ada seperti halnya dia menganggapku begitu. Mungkin seandainya aku berpapasan dengannya, aku tak ingat lagi padanya. Mungkin saja dia masih ingat, tapi aku benar-benar sudah lupa. Aku sudah tidak menyimpan fotonya lagi. Di blog ini pun, hanya ada foto dia, um .... tepatnya hanya punggungnya saja, tanpa wajah. Ironis memang, tapi itulah fakta. Fakta memang menyakitkan. Namun bukan berarti harus lari dari kenyataan itu. Aku bersyukur punya lemah ingatan dalam mengingat wajah orang karena itu mempermudahku untuk melupakannya. Walaupun aku masih mengingat namanya, karena namanya pernah kuukir di hatiku. Dan saat ini namanya juga masih terukir dihatiku namun disertai coretan garis di tengahnya.

Entri ini kudedikasikan untuk seseorang yang akan melupakanku hingga sebulan mendatang, atau mungkin selamanya. Semoga saja aku masih ingat wajahnya ketika dia muncul kembali. Salam intikali.

7 komentar:

  1. *ikutan nyimak & gak paham.

    eh sekalian mau nitip pesan: "woii, brother arif khumaidi, blognya di apdet donk!"

    BalasHapus
  2. wekeke langsung aja bilang ke mas arif
    jangan di sini LOL

    BalasHapus
  3. Semoga tidak melupakan wajahnya ^_^

    BalasHapus
  4. semoga saja .. aku juga tidak rela melupakan wajahnya ^_^

    BalasHapus