Menanamkan jiwa wirausaha sejak dini memang perlu. Sayangnya, hal ini tidak begitu disadari oleh kebanyakan orang. Hanya sedikit yang peka dengan ini. Contoh konkretnya saja, coba hitung berapa jumlah anak SMA yang punya usaha sendiri untuk menambah uang sakunya? Tentu jumlah yang berusaha untuk mendapatkan uang saku tambahan dengan yang masih mengandalkan minta ke orang tua 100%, masih banyak sekali yang minta 100% dari orang tua.
Di zaman internet seperti ini, sebenarnya banyak cara anak SMA bisa mendapatkan uang. Bisa dari memasarkan produk buatannya sendiri maupun orang lain melalui blog atau Facebook. Tak hanya itu, jika ingin langsung berinteraksi dengan calon pembeli, dia juga bisa berjualan makanan ringan ke sekolah. Jelas pasarnya adalah teman sekelas mereka sendiri.
Tak berhenti pada susahnya menanamkan jiwa wirausaha pada anak SMA, ternyata ada pihak-pihak yang memang justru meredam keinginan anak SMA untuk berwirausaha. Tentu hal ini dilakukan demi menguntungkan kantongnya sendiri. Hal ini pernah dialami oleh teman SMA adikku dulu. Dia berjualan makanan ringan di sekolah. Anehnya dia malah dimarahi oleh guru ekonominya sendiri. Menakjubkan bukan? Jika kamu tahu alasannya mengapa, kamu akan lebih takjub lagi. Guru ekonomi itu melarang siswa ini berjualan di sekolah karena takut teman-teman sekelasnya membeli produk siswa ini lalu pihak kantin jadi sepi. Konyol memang.
Jika dipikir-pikir lagi, berapa biji sih anak ini bawa produknya. Paling sekitar 30-an saja. Bayangkan dengan jumlah siswa di sekolah itu. Jumlah siswa bisa hampir mencapai 1000 orang; belum termasuk pegawai dan gurunya. Tentu ini tidak akan merugikan pihak kantin. Apalagi fakta di lapangan kantin selalu sesak, dan mungkin ada siswa yang tidak kebagian karena makanan di kantin sudah habis.
Harusnya sih guru ekonomi mengajarkan agar siswa-siswanya mencontoh apa yang dilakukan oleh temannya yang berjualan, bukan malah melarangnya. Ya begitulah manusia, ga pandang guru atau profesi lainnya, pasti berusaha menggagalkan bakal biji yang hendak mekar. Dia akan selalu ingin menghancurkan saingannya, walau kadang terlihat terlalu paranoid.
Belum lagi dengan orang tua yang mendoktrin anak-anaknya agar jadi pegawai. Katanya sih agar bisa dapat uang pensiun kalo udah tua. Kerja aja belum, kug udah berharap pensiun. Jiwa pemalas banget. Saya sih ga nyalahin orang-orang yang jadi pegawai, toh tidak semuanya seperti itu, walau kebanyakan seperti itu, hehe.
Tak cukup hanya dari orang tua, ternyata ada juga loh mertua yang mensyaratkan kalo menantunya harus PNS. Nah loh. Semakin bertambah nih cobaan orang-orang yang mau berwirausaha.
Beberapa tahun terakhir ini saya memperhatikan sudah mulai banyak muncul anak SMA dan SMK udah mendapat penghasilan sendiri dari aktivitas blogging. Entah itu mulai dari memasang iklan ataupun menyediakan jasa pembuatan website/template blog. Saya sih berharap makin banyak orang anak SMA/SMK yang seperti ini. Tidak harus mengandalkan sokongan dana dari orang tua, saya yakin mereka bisa kug.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Itu gurunya gak percara dengan pembagian rejeki tuh. Kan rejeki udah ada yang ngatur ya, Mas. :)
BalasHapusKalau syarat menantu harus PNS entuke kapan ya, Bu, Pak. Sing wis jelas wae. Hahahaha
loh ada loh yang pake syarat gituan
HapusHal berbeda terjadi di negara Korea Selatan atau Jepang, bro. Dengar2, di sana itu kontras sama di sini. Jumlah entrepeneur lebih banyak di sana. :D
BalasHapus