Persona Intikalia

29 Sep 2016

Akhirnya Mahasiswa 14 Semester Itu Lulus Juga! (Bagian 1)

Sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, tak 'kan pernah menjadi milikmu. Sesuatu yang ditakdirkan menjadi milikmu tak 'kan pernah luput darimu. Ya, setidaknya itu kaidah mengenai takdir yang aku pegang setelah diingatkan kembali dalam sebuah majelis ilmu yang secara random aku ikuti. Dulu aku tahu mengenai kaidah itu, namun setelah hidup membenturku beberapa kali aku lupa bahwa memang takdir seperti itu sifatnya. Aku sempat putus asa dengan apa yang menimpaku. Bayangkan saja, aku harus menjalani kuliah yang seharusnya selesai dalam waktu 8 semester malah menjadi 14 semester. Dan itu di ambang drop out (DO).


Salah satu sarkasme yang dilontarkan oleh dosen pembimbingku saat aku semester 14 adalah ucapan "oh ya, ngomong-ngomong kapan kamu DO?". Dan sepertinya memang Alloh tahu cara menghukumku atas kepercayadirianku yang begitu melangit saat itu (ketika semester 7). Oke, aku akan menceritakan sedikit pengalaman kuliahku mulai dari semester 1 hingga semester 12. Ini mungkin terlalu singkat dan dirangkum, tapi mungkin begitu panjang bagi pembaca. Haha. Semoga saja entri dengan judul ini bisa lebih dari 2.000 kata. Mungkin akan saya bagi hingga beberapa bagian karena saking panjangnya.

Prakuliah

Rekam jejakku dari SD hingga SMA selalu mulus. Ketika SD, aku sering sekali menjadi juara kelas. Saat SMP, juga masih menduduki 10 besar di kelas dan 25 besar satu sekolahan. Ketika SMA pun begitu, selalu berada di 3 besar. Mulus banget memang. Dulu saya tidak pernah merasakan sebuah kegagalan. Tidak pernah merasakan susahnya menjadi orang yang bodoh, dihina guru dan sejenisnya. Namun, saat kelas 3 SMA di sanalah sepertinya ujian saya dimulai. Saya terkena penyakit aneh. Jika dulu hanya penyakit badan, ini adalah penyakit pemikiran dan hati. Ya, intikali namanya. Kamu tahu 'kan apa itu intikali? Intikali itu sesuatu yang tidak terdefinisi. Karena definisi hanya akan membatasi, sedangkan intikali tidak ingin dibatasi. Jika ingin lebih jauh tahu tentang intikali, saya sarankan jangan pernah googling mengenai intikali. Bahaya!

Karena penyebab intikali inilah, konsentrasi belajarku pecah. Setiap hari di otakku selalu berputar memikirkan sebuah teori intikali. Perkata-perkataan keren dan berbunga-bunga pun mengalir begitu saja di otakku karena intikali. Hal ini membuatku lalai belajar dan sibuk dengan keintikalian. Aku menulis apa yang ada di otakku dalam sebuah catatan di komputer dan ponselku yang sebagian hilang sebagian lagi aku abadikan di blogku ini.

Bisa ditebak, setelah masa Ujian Nasional tiba, aku masih sibuk dengan intikaliku. Dan nilai UN-ku juga tidak se-wah dulu ketika masih SD dan SMP. Aku sih santai-santai saja, lagi pula masuk perguruan tinggi juga tidak menggunakan nilai UN, hanya perlu lulus saja. Namun, ternyata virus intikali tidak berhenti di sana. Dia membuatku sibuk dan terlalu nyaman dengannya. Ujung-ujungnya aku tidak siap menghadapi ujian masuk PTN. Akhirnya tahun itu aku gagal masuk PTN dan aku putuskan tidak kuliah dulu selama setahun. Orang tuaku sih menawarkanku untuk kuliah di tempat lain, hanya saja aku tahu keadaanku dan aku pikir itu buang-buang waktu dan uang saja. Lebih baik aku sembuhkan virus intikali dulu yang ada dalam diriku.

Setahun itu aku gunakan untuk belajar soal-soal ujian masuk PTN dan sekaligus menyembuhkan keintikalian yang merasukiku. Selalu saja kerja keras tidak akan berkhianat. Tahun selanjutnya aku lulus tes ujian masuk PTN dan aku masuk ke ITS, salah satu PTN top di Surabaya. Salah satu penyebabnya adalah aku yakin doa temanku saat naik haji ke Baitullah saat itu dikabulkan. Tahun itu aku benar-benar dimudahkan untuk belajar, sangat berbeda dengan sebelumnya yang buka buku saja malas. Ya, kini aku sudah masuk ITS namun intikali masih menghinggapi otakku.

Semester 1

Aku masih tidak percaya bahwa aku bisa masuk ITS. Bayangkan saja, aku menganggap bisa lolos ke perguruan tinggi adalah ekspektasi yang tinggi dan susah aku gapai waktu itu. Namun, sesuatu yang ditakdirkan aku dapatkan, maka tak 'kan pernah luput dariku.

Lanjut ke Bagian 2 (dalam proses)

2 komentar:

  1. btw,,, password wifi di its apa ya kak,,,soalnya wifi disana katanya kenceng,,ehhh

    btw juga intikali apasi maksudnya,,,di googling isinya palu hakim ehhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. password-nya beda2, harus masukin username kemahasiswaan :D
      dan aku sudah tidak menjadi mahasiswa lagi di ITS
      wekeke, jangan bahas intikali lagi :P

      Hapus