Mungkin beberapa orang mikirnya kalo naik taksi itu kaya. Padahal, salah besar cara pikir yang seperti ini. Jiwa dan cara pikir orang ekonomis seperti saya adalah menghemat biaya dengan kondisi yang paling enak. Entri ini sengaja aku tulis menanggapi opini yang diberikan Kepala KAI mengkritisi orang yang naik Kereta Api kelas Ekonomi, tapi dari stasiun ke rumah naik taksi.
Mungkin beberapa orang menganggap benar opini yang dilontarkan Kepala KAI. Tapi jangan terburu-buru menjustifikasi. Ada latar belakang perhitungan ekonomi di balik naik taksi. Mau tahu? Oke, saya akan kasih bocoran sedikit.
Naik KA itu dihitung per kepala. Bahkan, bayi saja harus bayar 10% dari harga tiket normal, dan tidak dapat kursi. KA Ekonomi Logawa harga 50 ribu per kepala. Kalo ga punya kepala gratis mungkin yah, hehe. Bayangin saya, istri, dan si bayi; ngabisin 105 ribu kalo pake KA Ekonomi. Kalo pake KA Eksekutif, seenggaknya per kepala 300 ribu. Jadi kalo saya, istri, dan si bayi naik KA Eksekutif 630 ribu. Bayangin jarak 630 ribu ke 105 ribu.
Lalu kenapa saya dari stasiun ke rumah mertua naik taksi? Harga ojek dari stasiun ke rumah 15 ribu. Itu hanya untuk 1 orang saja. Bayangin dalam keadaan seperti itu, apa bisa naik ojek? Seandainya naik ojek pun maka seenggaknya dihitung 2; jadinya 2x15 ribu = 30 ribu. Sedangkan naik taksi, dari stasiun ke rumah hanya bayar 25 ribu. Ada selisih 5 ribu di sini. Selain selisih 5 ribu, fasilitas yang ditawarkan taksi juga menyenangkan. Apalagi untuk perjalanan, saya bawa banyak tas; tinggal taruh di bagasi. Jadi, tahu kan alasannya kenapa naik taksi? Apakah naik taksi = kaya? Tidak, saya cuma pengen hemat dan mendapatkan kenyamanan.
Bayangin aja kalo jumlah keluarganya ada 5 orang. Hemat banget lah kalo naik taksi. Bayangin naik angkot, tiap orang kena biaya 4 ribu. Kali 5 udah 20 ribu. Berdesak-desakan, susah kalo bawa barang banyak. Apalagi kita ga bisa nentuin tujuan sendiri, kita harus ikut trayek dari angkot. Jadi, apa naik taksi = kaya? Yuk, berpikir kembali sebelum menjustifikasi. Karena umumnya orang itu pengennya hemat dan mendapatkan kenyamanan. Kalo bisa bayar murah dengan kenyamanan yang pasti, mengapa harus pilih yang mahal dan kenyamanannya kurang?
29 Jul 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ya deh, ya deh, sampeyan benar. Hehehe
BalasHapushehe :D
Hapusangkot yang mahal itu ojek john... naik ojek sampai "depan" (sekitar 1 km) bayarnya udah sekitar 1 liter premium
BalasHapuspadahal motor itukan kapasitas bensin 3-5 liter bisa sampai puluhan kilometer
makanya dikomplekku pilihannya jalan kaki ke depan sendiri (lanjut naik angkot) atau beli motor
jadilah sekarang ojek dikomplekku ga laku, coba harga ojek murah katakanlah 1000 - 2000 sampai depan, pelanggan akan balik
udah 1000 - 2000? parkir aja 2000 yo sekarang :D
Hapuspadahal naruh sepeda motor bentar, tukang parkirnya juga ga ngabisin bensin :P
kalo ojek mahal itu lumrah, karena emang tenaga orang masih dibutuhkan :)
coba ada kereta yang rada mahal tapi kualitasnya pertengahan antara ekonomi sama ekskutif mungkin masih mau bayar, tapi jangan lebih dari 100rb :D
BalasHapuskalo kayak gitu, lama2 yang eksekutif ga laku :P
Hapus