Persona Intikalia

11 Jul 2014

Prediksi vs Fakta

Pilpres kali ini memang rame yah. Bahkan yang baru prediksi aja udah berani koar-koar kalo dia yang bakal jadi Presiden. Padahal bisa jadi fakta bertolak belakang dengan hasil prediksi Quick Count. Orang yang namanya prediksi kan ga harus jitu. Apa prediksi itu menjanjikan kebenaran? Mari saya kasih contoh biar kamu yakin kalo prediksi itu tidak harus merepresentasikan sebuah fakta.

Pernah tahu menebak kepribadian melalui golongan darah. Itu kan salah satu dari prediksi. Apabila ternyata apa yang disebutkan berbeda dengan fakta, manakah yang disalahkan? Kepribadian orangnya atau prediksi golongan darahnya? Tentu kamu akan menjawab yang salah adalah prediksinya.

Saya kasih contoh lagi. Bila kamu adalah seorang insinyur yang bekerja membangun jembatan. Tentu kamu melakukan hitungan-hitungan untuk memprediksi campuran material yang pas agar jembatan kuat. Namun, ternyata jembatan roboh. Mana yang disalahkan? Jembatannya atau hitunganmu yang meleset? Tentu yang disalahkan adalah kamu karena perhitungan yang meleset.

Saya kasih contoh lagi biar greget. Suatu hari kamu punya temen sejak kecil. Dia sangat baik dengan kamu. Hingga seakan-akan dia memberikan harapan, kalo dia tertarik dengan kamu. Kamu pun memprediksi bahwa dia ada hati sama kamu. Lalu karena kamu tertarik dengan dia, kamu pun dengan pedenya beranggapan pasti diterima saat nembak dia. Namun, sialnya dia malah nolak kamu dan bilang kalo lebih baik cuma berteman saja. Siapa yang disalahkan? Kamu yang ke-GR-an atau dia karena nolak kamu? Tentu kamu yang disalahkan karena prediksimu salah.

Kayaknya tiga contoh itu cukup lah untuk ngasih tahu kalo prediksi itu sangat besar kemungkinan salahnya. Ga percaya? Coba pikir deh kenapa bandar togel itu tetap kaya? Karena kemungkinan orang yang menang itu sangat sedikit.

Apalagi untuk hal Quick Count yang hanya mengambil sampel kurang dari 1% data Pemilu. Sangat rentan mengalami kesalahan!

Jadi, buat pendukung yang menang Quick Count jangan terlalu euforia dulu. Bisa jadi nanti kecewa dengan hasil resmi KPU. Trus karena saking kecewanya menuduh KPU melakukan kecurangan. Benar begitu? Kenapa saya bisa bicara begitu? Karena belum Pilpres aja kubu yang menang Quick Count ini udah bilang hanya kecurangan yang bisa mengalahkan Jokowi-JK. Pede amat yah? Pede sih boleh, asal jangan lupa daratan saja.

Sebenarnya trik ini adalah penggiringan opini yang direncanakan agar masyarakat percaya begitu saja dengan hasil Quick Count dan menganggap bahwa Quick Count adalah yang sah, dan hasil dari KPU tidak sah. Tepat, inilah skema pengaburan kebenaran. Ketika ini terjadi, maka masyarakat akan rusuh. Masyarakat akan diombang-ambingkan dengan pengaburan kebenaran sehingga bingung harus memihak ke mana, karena merasa berada di pihak yang benar. Memang kadang ambisi menjadi pemimpin itu menghalalkan segala hal, walau mengatakan bahwa yang benar adalah salah atau sebaliknya.

Kenapa saya bilang ini adalah penggiringan opini? Tahun 2004 lalu Mega juga mendeklarasikan kalo dia menang tipis atas SBY. Namun, faktanya SBY jauh menang atas Mega, SBY 50% lebih, sedangkan Mega 30% lebih. Jadi adalah hal yang wajar jika saya beropini bahwa Pilpres kali ini mengulagi kebiasaan PDI-P yang terburu-buru mendeklarasikan kemenangannya. Ga hanya sekali, kamu bisa mencari infonya di Google, gimana Rieke Diah Pitaloka juga melakukan hal yang sama, begitu juga dengan kader-kader PDI-P yang lainnya.

Ya semoga saja setelah 22 Juli 2014 ini tidak ada rusuh di Indonesia. Kalo Jokowi yang menang sih, kayaknya ga bakal ada rusuh. Tapi kalo Jokowi ternyata harus menelan pil pahit kekalahan, mungkin akan terjadi rusuh. Mengapa bisa begitu? Ya coba aja lihat pendukung Jokowi yang sangat fanatik. Namun, semoga saja tetep ga rusuh walau Jokowi kalah. Kan namanya perlombaan, pasti ada yang menang ada yang kalah. Revolusi mental itu bukan hanya siap menang, tapi harus siap menerima kekalahan dan menanggung hutang biaya kampanye. Karena biaya kampanye tak semurah harga tempe mendoan satu truk. Salam tiga jari, Persatuan Indonesia!

2 komentar:

  1. saya sendiri malah jengah nonton tv, ya sudah kita tunggu saja hasil dari KPU dan semoga hasilnya memang tidak ada kecurangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin :)
      saya sudah bosan dengan celoteh para fanatik capres :D

      Hapus