Miris sekali melihat kelakuan para pendengki. Kebencian mereka seakan mendarah daging. Bisa dipastikan mereka terpuruk dengan kebencian mereka sendiri. Bahkan, mereka tidak sadar apakah yang ia benci itu benar atau salah. Matanya sudah tertutupi rasa benci.
Berlagak santun, tapi hatinya meluap-luap. Memberikan senyuman, tapi memiliki makna sebaliknya. Atau mungkin bahkan ada yang terang-terangan menunjukkan kebenciannya. Oh, dunia. Kau begitu beraneka warna. Para pendengki disibukkan dengan kebencian pada yang dia tidak bisa melampauinya. Mereka tidak bisa mencabik muka mereka sendiri, lantas cerminlah yang dipecah.
Jika kamu melihat seorang pendengki, jaganlah mendekat. Bisa-bisa kau kena sasarannya. Cukup lihat pola tingkahnya dari kejauhan. Bagaimana dia tersiksa karena kedengkiannya. Bagaimana dia mati karena gangguan jiwanya. Putus asa, lalu bunuh diri. Naas. Tapi itulah akhir dari hidup sang pendengki.
14 Okt 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kasihan sekali. Derita macam apa yang telah mereka lalui hingga mereka menjadi seperti itu?
BalasHapusini penyakit hati karena tidak bisa menerima takdir :D
HapusMendengkin emank gak enak, mending mendaki :D
BalasHapusmendaki ke mana? :P
Hapusbetul betul
BalasHapusbuang-buang energi berteman dengan pendengki, wkwkwk
wekeke :D
HapusTapi kemudian saya pun teringat akan kedengkian-kedengkian saya sendiri
BalasHapussempat ga bisa tidur
trima kasih atas postingannya
haha, mendengki itu capek :D
Hapus