Persona Intikalia

26 Nov 2014

Kisah Pendengki Lainnya

Baru saja saya baca entri bikinan si Hoeda Manis, saya teringat kisah suami dari sepupu saya. Dua hari yang lalu, suami dari sepupu saya (sebut saja mas A) ini main ke rumah. Dia ngobrol dengan bapak saya. Dia bercerita tentang penyakitnya yang sedang dideritanya beberapa saat yang lalu. Dia udah memeriksakan penyakitnya ke dokter, tapi didiagnosis ga ada penyakitnya.

Karena penasaran dengan rasa sakit yang ada di bagian dadanya, mas A ini akhirnya datang ke guru majelis dzikir yang dulu adik saya sempat ikut. Nah, guru itu bilang kalo mas A ini di-'apa-apain' sama salah satu jamaah mesjid di deket rumahnya (sebut saja mas Z). Maklum, guru tersebut diindikasi olehku punya jin. Kalo ga punya jin, dia tahu dari mana coba, hehe. Hanya saja, di masyarakat awam, biasanya disebut dengan dukun putih; karena kerjaannya ga mau nyantet. Cuma bantuin nyembuhin orang saja.

Awalnya si mas A ini agak ga percaya dengan omongan si guru itu. Namun, setelah mas A ingat-ingat apa saja yang dilakukan sama mas Z selama ini, mas A ini makin yakin. Mas Z selama ini memang selalu bermuka manis di depan mas A. Tapi di saat-saat tertentu mas Z ini seakan mau memalukan mas A di depan umum.

Suatu hari, mas Z ini meminta mas A untuk membantunya mengajar ngaji. Hal ini karena jumlah murid ngaji mas Z lumayan banyak sekitar 50-an anak. Jadi katanya bikin mas Z kualahan. Tapi, mas A ini menolaknya. Namun, karena mas Z ini meminta tolong ke mas A sampe 3 kali, akhirnya mas A menyanggupi untuk membantu.

Mas A pun datang ngajar ngaji di mesjid. Apa dikata, yang seharusnya disambut ramah, mas A ini malah dilecehkan oleh mas Z di depan murid-muridnya. Mas Z mengejek mas A karena tidak bisa membaca kitab gundul. Si mas A ini pun bingung apa sebenarnya yang dimau oleh mas Z. Dia ngajakin bantu ngajar, tapi diejek. Apa coba modusnya kalo bukan emang berniat mempermalukan di depan umum.

Di saat yang lain, saat Idul Adha kemarin ada rapat remaja masjid. Jelas-jelas saat rapat diputuskan siapa saja yang menjadi panitianya. Mas A ini menjadi salah satu panitia terpilih di rapat itu. Namun, saat hari H, nama mas A tidak tercantum di jajaran panitia. Dan yang paling bikin nyesek lagi adalah ada tulisan "Selain panitia dilarang masuk". Apa coba maunya?

Si mas Z ini adalah lulusan pesantren, sedangkan mas A adalah remaja biasa (bukan anak pesantren) yang kesehariannya sering ke masjid lebih dulu dan hobi ngaji. Si mas Z ini sepertinya takut kalah pamor dengan mas A. Hingga suatu waktu datang saat di mana para jamaah masjid memilih mas A ini sebagai petugas adzan dan kadang disuruh mengimami sholat. Sepertinya mas Z terbakar api kedengkian. Selama ini pencitraan yang mas Z buat ternyata tidak membuat warga memilihnya menjadi imam sholat di masjid.

Sejak saat itulah mas A ini mengalami sakit yang bisa dibilang aneh. Sudah diperiksakan ke banyak dokter namun tidak menghasilkan apa-apa alias ga ada penyakitnya.

Kalo dipikir-pikir aneh banget yah, kenapa mas Z lulusan pesantren yang jelas lebih pinter harus dengki dengan seorang mas A yang hanya remaja masjid yang biasa saja, cuma bisa baca Quran. Ga kayak mas Z yang pinter bahasa Arab dan bisa baca kitab gundul. Tapi yang namanya iri dengki, tidak menjamin seorang lulusan pesantren bisa terbebas dari perasaan ini. Dan kenapa dia yang lulusan pesantren harusnya tahu tentang haramnya perdukunan, malah menjampa-jampi orang lain. Lalu buat apa ilmu agama yang telah ia dapatkan? Lalu buat apa ibadah yang dia lakukan? Apa hanya untuk pencitraan? Apa hanya untuk mendapat pujian manusia?

Memang Alloh terkadang menunjukkan kepada kita mana manusia yang tulus dan mana manusia yang pamrih. Kalo masalah harta maklumlah dipamrihin ke banyak manusia. Namun, untuk masalah ibadah justru menunjukkannya kepada manusia hanya akan mengancam pahala ibadah kita karena bisa hangus jika kita pamrih.

4 komentar:

  1. Kedengkian itu memang aneh, John. Bahkan kita nggak ngapa-ngapain atau nggak mengusik seseorang pun, orang bisa saja dengki sama kita dengan alasan entah apa. Itu emang penyakit hati. Nggak tampak, tapi efeknya terlihat.

    Sebenarnya sih iri tuh manusiawi. Kita juga kadang iri kalo lihat orang yang lebih dari kita. Selama iri itu mendorong ke arah positif, dalam arti membuat kita termotivasi agar bisa seperti orang itu, gak masalah. Yang jadi masalah kalo iri itu berubah menjadi dengki yang mendorong ke arah negatif, seperti cerita yang kamu tulis ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sih emang manusiawi
      aku juga kadang iri dengan kamu yang bisa nulis bagus :D
      tapi kamu ga bisa ngoding seperti saya, iri ga kamu dengan saya dalam hal coding websiet? hehe
      di suatu sisi tiap manusia punya kelebihan atas lainnya
      aku juga kadang iri dengan orang-orang lain yang berhasil
      tapi, setelah aku mencoba untuk menirunya, akhirnya aku sadar kalo waktu yang dibutuhkan orang2 berhasil itu sangat lama dan perlu kesabaran lebih

      Hapus
  2. kedengkian sering jadi topik ya belakangan ini?
    paling merepotkan memang menghadapi orang yang bermanis-manis di depan tapi bicara buruk di belakang. Mudah-mudahan si mas A segera sembuh dari penyakitnya.

    dan semoga mas Z juga 'sembuh'

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya begitu :)
      iya emang, seperti serigala berbulu domba
      amin

      Hapus