Sebenarnya ini adalah hal yang terjadi hampir setahun yang lalu. Jadi ceritanya saat saya di Purwokerto, ada tetangga mertua saya yang ingin menawarkan kerja sama untuk menjualkan baju batiknya. Oke, dari sini terlihat masih normal. Kemudian saya dan istri saya menyetujui bahwa kami mau bekerja sama dengan dia. Namun, anehnya adalah harga penjualan batik yang akan kami jualkan online ditentukan oleh dia. Jadi, ceritanya dia pengen menentukan harga sendiri dan membatasi untung yang kami dapatkan dari kerja sama tersebut.
Kenapa ini adalah hal yang aneh menurut kami? Dalam sebuah kerja sama, apalagi jualan online, tentu saya tidak mau menjadi orang bodoh yang mempromosikan produk orang lain, lalu ketika produk tersebut booming, kami ditendang. Tentu saja harga jual kami yang menentukan, bukan suplier-nya. Apalagi jika margin untungnya sangat sedikit. Gila saja udah susah-susah nge-SEO-in produk orang lain, eh dikasih dikit. Mending nulis job review atau bikin template, jelas gede untungnya :D
Adalah hal yang wajar, misal dia menjual baju batiknya dengan harga 80 ribu, kemudian karena masuk dari jalur saya, saya markup harga jual menjadi 100 ribu. Nah si dia maunya saya untung cuma 5 ribu per biji. Alih-alih menjaga harga pasaran, tentu tindakan ini merepresentasikan bahwa dia tidak ingin saya mendapatkan untung yang banyak. Sangat aneh menurut saya, karena harusnya rekan berbisnis menawarkan kerja sama yang menarik. Nah ini, awal sebelum jalan saja udah bikin saya tidak tertarik.
Ujung-ujungnya saya dan istri saya bilang ke mertua saya kalo kami tidak mau kalo orang tersebut membatasi harga batik yang mau dijual melalui kami. Saya selalu dibuat heran dengan cara pikir orang Indonesia, meskipun saya juga orang Indonesia. Mengapa dia takut kami mendapatkan untung yang banyak? Harusnya dia kan bisa mengatur laba untuk dirinya sendiri sebelum dijual melalui kami, lalu saya ambil laba lagi melalui markup harga. Dan itu adalah hal yang biasa di jualan online. Harga online relatif lebih mahal karena memang mereka mengambil dari supplier, bukan bikinan sendiri.
Akhirnya kerja sama tersebut gagal terjalin hingga saat ini. Dan dia gagal mendapatkan kesempatan mendapatkan hasil penjualan melalui online. Dan saya? juga gagal dapet tambahan duit, hehe. Tapi ga masalah lah, daripada melakukan kerja keras, tapi dapet hasilnya tidak sebanding. Mending ngerjain pekerjaan yang lebih hasil.
23 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Orangnya terlalu serakah kyknya :D
BalasHapuswekeke, bukan serakah sih
Hapusdia takut kita dapat untung banyak :D
Aku punya teman yang pola pikirnya gitu juga. Tapi alasannya temanku itu: dia takut kalau pas aku markup harganya, takut nggak laku-laku. Gitu. Hahaha, Dan dia selalu bilang, "Kita cari pelanggan dulu, jangan mahal-mahal kasih harga," -_-
BalasHapushaha, loh kan dia nyetor barangnya ga ke kamu doang kan? jadi apa masalahnya?
Hapusdia juga bisa jual dengan dari cara dia jual sendiri
posisinya kamu kan yang bantu jualin, jadi ga masalah kalo kamu jual dengan hargamu sendiri
toh pelanggan itu juga kadang aneh, harga bukan satu2nya pertimbangan
kadang pelanggan tertarik beli ke kita karena kita kasih pelayanan yang baik
cari usaha lain lagi kalau gitu ya yang sama-sama untung
BalasHapusPadahal dirimu juga pasti tahu lah yah seberapa banyak akan mengambil keuntungan. Ngga mungkin juga dijual 2 kali lipat kan mas ?
BalasHapus