Kumparan - Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan pangan esensial yang wajib dikonsumsi untuk melengkapi menu empat sehat lima sempurna. Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang menganut prinsip "yang penting kenyang" tanpa memedulikan kandungan gizinya.
Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih untuk mengonsumsi makanan yang membuat mereka kenyang dibandingkan dengan mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi.
Perubahan pola hidup yang semakin mengkhawatirkan ini dianggap sebagai pemicu banyaknya kasus penyakit tidak menular (PTM) terjadi. Jika dulu, kasus penyakit infeksi seperti diare lebih banyak ditemukan, tetapi kini kasus penyakit tidak menular lebih sering menyerang masyarakat, baik di Indonesia ataupun di dunia.
Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K), Kepala Departemen Medik Ilmu Gizi RSU Cipto Mangunkusumo memaparkan bagaiamana pola hidup yang tidak sehat menjadi penyebab tingginya angka kenaikan PTM tiap tahunnya.
"Dari 11 orang yang ada, pasti salah satunya menderita PTM. Kasus PTM yang kian marak terjadi disebabkan oleh perubahan pola hidup yang dianut oleh masyarakat," papar dr. Fiastuti saat ditemui kumparan (kumparan.com) di RPTRA Teratai Tebet, Jakarta Selatan, Kamis, (13/7).
Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian semaki meningkat, yaitu dari 49,9 persen di 2001 naik menjadi 59,5 persen pada 2007. Penyakit tidak menular tersebut antara lain, hipertensi (25,5 persen), obesitas (15,4 ersen), stroke (12,1 persen), diabetes melitus (6,9 persen), penyakit jantung koroner (1,5 persen), dan gagal ginkal kronis (0,2 persen).
PTM kini banyak diderita oleh kaum urban dan mulai ditemukan di kelompok usia muda dan produktif (15-64 tahun). Padahal sebagian besar penyakit tidak menular dapat dicegah dengan perubahan pola makan dan gaya hidup yang sehat.
Dr. Fiastuti pun merekomendasikan untuk mengonsumsi buah dan sayur sebagai bentuk pencegahan agar terhindar dari penyakit tidak menular.
"Tingkat makan buah orang Indonesia masih rendah. Padahal buah dan sayur mengandung manfaat yang luar biasa bagi kesehatan tubuh," ujar Dr. Fiastuti.
"Sayur dan buah mengandung vitamin, mineral, antioksidan, serat, cairan, dan zat-zat gizi dari tumbuhan yang mampu memperlancar sistem metabolisme tubuh," sambungnya.
Penyabab utama kurangnya konsumsi buah dan sayur dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat yang menganggap jika buah hanyalah sebuah makanan pelengkap. Buah juga masih dianggap sebagai pangan yang mahal, padahal banyak buah lokal yang dijual dengan harga terjangkau.
Meskipun Riskesdas 2013 menunjukkan, sebanyak 93,5 persen penduduk berusia di atas 10 tahun tidak cukup makan buah dan sayur, namun angka ini bisa dikurangi dengan mengonsumsi buah dan sayur secara teratur.
Lantas, berapa banyak buah dan sayur yang harus dikonsumsi tiap harinya?
"Konsumsi buah dan sayur merupakan bagian dari diet yang direkomendasikan dalam menu sehari-hari," tutur Dr. Fiastuti.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan 400 gram buah dan sayur per hari. American Heart Association merekomendasikan 8 porsi atau 4,5 mangkuk dari berbagai jenis buah dan sayur per hari.
Sedangkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Pedoman Gizi Seimbang, Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 merekomendasikan konsumsi 3 sampai 5 porsi sayur dan 2 sampai 3 porsi buah per hari.
dr. Lily S. Sulistyowati, MM yang juga turut hadir dalam kesempatan yang sama menuturkan jika pentingnya menghindari makanan, terutama buah dan sayur yang telah mengalami proses pemasakan yang memakan waktu lama.
"Semakin panjang proses yang dialami oleh makanan atau minuman saat sedang diolah, maka semakin hilang kandungan nutrisinya," tutur dr. Lily.
Jadi, pentingnya konsumsi buah dan sayur demi mencegah penyakit tidak menular sangat dianjurkan. Tak hanya kesehatan fisik yang didapat, namun kesehatan mental pun juga akan ditunjang dengan fisik yang sehat.
Sudahkah kamu makan buah dan sayur setiap harinya?
Sumber: kumparan.com
Disclaimer: Artikel ini sudah mendapatkan izin dari pihak Kumparan.com untuk ditampilkan di sini. Keabsahan artikel menjadi tanggung jawab Kumparan.com.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar