Persona Intikalia

13 Jan 2019

Mengenali Gejala Difteri Lengkap dengan Cara Pencegahannya Pada Anak

Difteri adalah gangguan selaput lendir hidung dan juga tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae dan menyebar lewat batuk atau bersin. Bakteri tersebut akan membentuk selaput putih tebal yang lama-kelamaan bisa menutupi saluran pernapasan. Tak heran jika tidak ditangani dengan tepat penyakit ini bisa jadi sangat berbahaya. Apalagi kalangan yang paling banyak rentan terserang difteri ialah anak-anak. Umunya, difteri terjadi pada anak yang hidup di lingkungan kotor, tidak memiliki gizi baik, dan tidak memiliki riwayat imunisasi yang lengkap. Sehingga difteri pada anak perlu segera diobati mengingat penyakit ini bisa menular dengan cepat melalui kontak fisik. Oleh karena itu, simak hal-hal mengenai penyakit ini mulai dari gejala difteri hingga pengobatannya dalam ulasan berikut.


Langkah Pencegahan Difteri dengan vaksinasi

Vaksin difteri bisa dijadikan sebagai langkah pencegahan difteri pada anak. Umumnya vaksinasi yang diberikan berupa DPT (difteri, pertusis dan tetanus) dengan jadwal setiap lima kali pada anak usia 2-6 tahun. Yaitu pada saat menginjak usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 5 tahun.

Perlu diketahui bahwa vaksin difteri hanya mampu bertahan selama 10 tahun. Jadi, saat anak Anda berusia sekitar 12 tahun perlu dilakukan vaksinasi lagi. Selain itu juga disarankan bagi orang dewasa  untuk mendapat booster difteri, tetanus dan pertusis (DPT) setidaknya satu kali. Selanjutnya setiap 10 tahun mengulang vaksin difteri tetanus (DT).

Meskipun sebagian besar anak mempunyai toleransi yang cukup baik pada vaksin difteri, namun vaksin ini terkadang akan menimbulkan efek samping ringan seperti kemerahan, nyeri di tempat suntikan dan demam ringan. Meskipun terbilang jarang, dapat pula terjadi komplikasi berat, seperti reaksi alergi.

Ragam Gejala Difteri pada Anak

Umumnya, gejala difteri muncul kisaran 2-5 hari setelah terinfeksi. Sebagai penyakit yang menyerang saluran pernapasan, gejala penyakit difteri pada anak dan dewasa akan muncul di bagian mulut dan juga mengalami gejala ringan lain. Gejala paling khas pada penyakit ini ialah pada tenggorokan dan amandel terbentuk lapisan abu-abu tebal.

Gejala difteri lain yang bisa ditemui seperti: demam, sakit tenggorokan, Hidung meler, Kesulitan bernapas, Suara serak, detak jantung meningkatnya, suara nyaring terdengar saat bernapas, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan pembengkakan langit-langit mulut. Oleh sebab itu, jika Anda atau buah hati mengalami gejala tersebut maka sebelum muncul komplikasi lebih lanjut segeralah periksa ke dokter untuk penanganan yang tepat.

Mengatasi Difteri pada Anak Melalui Pengobatan

Biasanya, proses penyembuhan pada anak yang terdiagnosa menderita difteri harus melalui prosedur rawat inap. Pengobatannya sendiri difokuskan untuk melumpuhkan bakteri penyebab difteri. Dokter akan mengobatinya sesuai dengan gejala, usia, serta kondisi kesehatan umumnya. Pada dasarnya, obat yang diberikan terdiri dari dua macam meliputi:

Antitoksin. Obat ini disuntikan ke pembuluh darah guna menetralkan racun difteri yang terlanjur beredar di bagian tubuh. Sebelum pemberian antitoksin, dokter akan memastikan bahwa orang yang terinfeksi difteri tersebut tidak alergi antitoksin dengan melakukan tes alergi.

Antibiotik. Antibiotic seperti penisilin atau eritromisin juga digunakan sebagai obat Difteri. Antibiotik ini mampu membunuh bakteri yang ada dalam tubuh sekaligus membersihkan infeksinya.

Difteri pada anak memang tergolong kondisi yang serius dan perlu segera memperoleh penanganan dokter. Jadi, agar tidak terjadi komplikasi difteri yang berbahaya usahakan mencegahnya sedini mungkin dan  jangan biarkan gejalanya berlarut-larut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar