Eum ... aku pergi ke sekolahku naik Lyn F (angkot ala Surabaya). Sampai di gerbang sekolah, eh malah ga masuk, malah nongkrong di dekat gerbang. Karena memang saat itu banyak temanku di sana. Aku bertanya pada temanku, "Eh gimana? Lulus 100% ga?". Temanku jawab, "Ya John, SMANIX lulus 100%." Wah rasa hati ini langsung ga ada keinginan untuk melihat daftar nilai kelulusan. Bagiku sama saja, pasti lulus. Haha, emang daei dulu aku kayak gitu. Setelah aku lihat nilaiku di situs resmi (meskipun masih pake domain dan hosting gratisan) sekolahku, ya aku lulus dengan nilai 46.50 (untuk 6 mapel, jadi rata-rata cuma 7 lebih dikit).
Aku tipikal siswa yang seperti apa? Pintar? Nilai segitu sih ga bisa dianggap pintar, itu mah siswa biasa. Kemudian aku bertemu dengan salah satu guru PPKn ku, namun bukan guru PPKn yang berengsek yang pernah aku ceritakan, guru PPKn ini baik. Kemudian beliau bilang kepadaku, "John John, nilaimu kug bisa segitu sih, masa kalah sama teman-temanmu?". Itu sudah menjadi tradisi, di sekolahku memang aku dipanggil dengan panggilan "John", meskipun itu hanya nickname saja. Kemudian aku balik menjawab, "Ya itu patut disyukuri, Bu. Kan saya ga melakukan kecurangan, itu kan nilai asli, Bu. Tanpa nyontek maupun joki. Toh juga nilai itu ga dipake di SNMPTN, pokoknya lulus sudah bisa ikut SNMPTN." Kemudian percakapanku dengan guruku mengalir.
Maklum, aku salah satu siswa dengan tipe yang memegang prinsip. Jika aku berkata A, maka selayaknya aku tetap berkata A sampai akhir. Ada dua prinsip yang pernah aku katakan ke teman-temanku. Pertama, aku tak 'kan pernah pacaran, dan itu bertahan sampai aku menulis entri ini. Yang kedua, aku tak 'kan menyontek ketika ujian. Mulai dari UNAS SD hingga UNAS SMA aku ngerjain sendiri. Karena aku ingin tahu kemampuanku sampai di mana. Pembaca tak harus ikut-ikutan punya prinsip sepertiku, karena itu memang berat, sesekali Anda akan mengalami tekanan dari teman-teman sekitar Anda ketika mempunyai dua prinsip itu.
Aku teringat ketika di kelas, saat itu kelas 3 SMA, teman-temanku punya rencana untuk contek-contekan ketika UNAS. Intinya di sana, yang pintar harus kasih jawaban ke yang ga pintar.Kemudian ketika aku ditanya, karena memang aku dulu selalu juara di kelas, aku menjawab, "Maaf, aku ga bisa ikutan cara kalian, ini sudah prinsipku, aku ga akan nyontek dan memberi contekan." Itu adil, karena jangan sampe ga mau nyontekin tapi minta dicontekin. Awalnya aku mengalami pengasingan beberapa hari dari temanku. Banyak temanku yang membujuk rayu. Namun, tetap saja, namanya prinsip ya prinsip. Yang membuatmu survive di dunia ini adalah prinsipmu. Yang membuatmu dihargai adalah prinsipmu. Akhirnya, mereka mulai menyadari hal itu. Terima kasih teman.
Kembali ke cerita saat kelulusan, ya aku melihat temanku corat-coret baju SMA. Sebenarnya sih dalam hati, sepertinya mereka terlihat senang. Tapi, aku ga boleh ikutan. Masih banyak hal yang aku belum lakukan dengan baju ini, aku tak boleh mencorat-coretnya. Banyak ajakan dari temanku untuk konvoi. Aku bahkan melihat teman SMP ku dulu (meskipun ku tidak akrab dengannya, tapi aku tahu dia dulu SPENSIX) ikutan konvoi. Kemudian aku hanya bicara dalam hati, Aduh cantik-cantik kug ikutan konvoi. Sayang sekali. Mungkin dia ababil, haha. Saat kelulusan aku juga sempat menelepon si Lexy, menanyakan apakah dia lulus dan nilainya juga. Saat telepon aku juga menanyakan dia ada di mana. Eh ternyata, dia ada di rumah, dasar cewek baik kau, Lex. Dari sini sudah kelihatan mana yang ababil dan tidak.
Setelah itu aku masuk ke sekolahku. Melihat bagian-bagian kelas, kantin dan perpustakaan. Sebentar lagi aku akan meninggalkan semua ini. Padahal banyak hal yang belum aku lakukan di sini. Ya, aku memang tidak harus tetap di sini. Hidupku masih panjang. Dan aku harus berpindah untuk tetap survive. Sayangnya tak ada kenangan indah lagi di saat kelulusan. Tidak seperti di Jepang yang akrab dikenal dengan San Gatsu Kono Ka (9 Maret) atau yang dikenal dengan graduation. Ya, aku semakin yakin, ini hanya Indonesia. Indonesia yang mungkin ku cinta meskipun aku masih meragukan kecintaanku pada Indonesia.
Aku tipikal siswa yang seperti apa? Pintar? Nilai segitu sih ga bisa dianggap pintar, itu mah siswa biasa. Kemudian aku bertemu dengan salah satu guru PPKn ku, namun bukan guru PPKn yang berengsek yang pernah aku ceritakan, guru PPKn ini baik. Kemudian beliau bilang kepadaku, "John John, nilaimu kug bisa segitu sih, masa kalah sama teman-temanmu?". Itu sudah menjadi tradisi, di sekolahku memang aku dipanggil dengan panggilan "John", meskipun itu hanya nickname saja. Kemudian aku balik menjawab, "Ya itu patut disyukuri, Bu. Kan saya ga melakukan kecurangan, itu kan nilai asli, Bu. Tanpa nyontek maupun joki. Toh juga nilai itu ga dipake di SNMPTN, pokoknya lulus sudah bisa ikut SNMPTN." Kemudian percakapanku dengan guruku mengalir.
Maklum, aku salah satu siswa dengan tipe yang memegang prinsip. Jika aku berkata A, maka selayaknya aku tetap berkata A sampai akhir. Ada dua prinsip yang pernah aku katakan ke teman-temanku. Pertama, aku tak 'kan pernah pacaran, dan itu bertahan sampai aku menulis entri ini. Yang kedua, aku tak 'kan menyontek ketika ujian. Mulai dari UNAS SD hingga UNAS SMA aku ngerjain sendiri. Karena aku ingin tahu kemampuanku sampai di mana. Pembaca tak harus ikut-ikutan punya prinsip sepertiku, karena itu memang berat, sesekali Anda akan mengalami tekanan dari teman-teman sekitar Anda ketika mempunyai dua prinsip itu.
Aku teringat ketika di kelas, saat itu kelas 3 SMA, teman-temanku punya rencana untuk contek-contekan ketika UNAS. Intinya di sana, yang pintar harus kasih jawaban ke yang ga pintar.Kemudian ketika aku ditanya, karena memang aku dulu selalu juara di kelas, aku menjawab, "Maaf, aku ga bisa ikutan cara kalian, ini sudah prinsipku, aku ga akan nyontek dan memberi contekan." Itu adil, karena jangan sampe ga mau nyontekin tapi minta dicontekin. Awalnya aku mengalami pengasingan beberapa hari dari temanku. Banyak temanku yang membujuk rayu. Namun, tetap saja, namanya prinsip ya prinsip. Yang membuatmu survive di dunia ini adalah prinsipmu. Yang membuatmu dihargai adalah prinsipmu. Akhirnya, mereka mulai menyadari hal itu. Terima kasih teman.
Kembali ke cerita saat kelulusan, ya aku melihat temanku corat-coret baju SMA. Sebenarnya sih dalam hati, sepertinya mereka terlihat senang. Tapi, aku ga boleh ikutan. Masih banyak hal yang aku belum lakukan dengan baju ini, aku tak boleh mencorat-coretnya. Banyak ajakan dari temanku untuk konvoi. Aku bahkan melihat teman SMP ku dulu (meskipun ku tidak akrab dengannya, tapi aku tahu dia dulu SPENSIX) ikutan konvoi. Kemudian aku hanya bicara dalam hati, Aduh cantik-cantik kug ikutan konvoi. Sayang sekali. Mungkin dia ababil, haha. Saat kelulusan aku juga sempat menelepon si Lexy, menanyakan apakah dia lulus dan nilainya juga. Saat telepon aku juga menanyakan dia ada di mana. Eh ternyata, dia ada di rumah, dasar cewek baik kau, Lex. Dari sini sudah kelihatan mana yang ababil dan tidak.
Setelah itu aku masuk ke sekolahku. Melihat bagian-bagian kelas, kantin dan perpustakaan. Sebentar lagi aku akan meninggalkan semua ini. Padahal banyak hal yang belum aku lakukan di sini. Ya, aku memang tidak harus tetap di sini. Hidupku masih panjang. Dan aku harus berpindah untuk tetap survive. Sayangnya tak ada kenangan indah lagi di saat kelulusan. Tidak seperti di Jepang yang akrab dikenal dengan San Gatsu Kono Ka (9 Maret) atau yang dikenal dengan graduation. Ya, aku semakin yakin, ini hanya Indonesia. Indonesia yang mungkin ku cinta meskipun aku masih meragukan kecintaanku pada Indonesia.
yak betul. yang penting punya prinsip.
BalasHapusprinsip ku dulu ya contek2an hehehe. Aku cuman ga nyontek pada pelajaran yang kusukai. tapi kalau ada yang nanya jawaban, ya saya kasih. sekolah=lelucon, never take it too seriously (prinsip saya).
sewaktu kelulusan, SMA kami mengumpulkan seragam siswa2 yang lulus dan disumbangkan. jadi ga ada konvoi dan coret2an di sekoalhku saat itu
#panjang ya?
wah keren tuh bisa disumbangin
BalasHapusmemang hidup harus punya prinsip dan kehidupan masih panjang dengan segala tantangan dan rintangan yang harus kita hadapi
BalasHapustermasuk gak akan kopas di blog, mending nulis asal-asalan, hahahaha
BalasHapus@warsito: begitu lah om
BalasHapus@Ami: betul mbak ... intinya lebih baik mengekspresikan cara kita sendiri
kalo copas menunjukkan kemalasan kita untuk menulis
btl bgt hidup hrs pny prinsip ya John..tp prinsip yg baik tentu saja hehehe. Well, lulus SMA ga usah segitunya kali..pk konvoi segala..*cape dehhh, hidup msh panjangg utk menjadi org yg bisa bermakna bagi keluarga orang lain dan tentu sbg hamba Tuhan. Membuat mereka bahagia dg tindakan2 kita, dg peluang yg kt berikan. Masih banyk yg hrs diperjuangkan, jadi ya ckp bersyukur aja..ga usah pake konvoi sgl, plg sebel kl liat anak2 SMA lulus trs konvoi*n...k dan kampu...an ^_^ cuihhh moga2 anak2ku tersayang besok ga kayak gitu...lulus sukses dan tetep jd anak manis di rumah..Amin.
BalasHapusJadi orang 'beda 'itu emang susah..
BalasHapusbaguus... seandainya semua sepemikiran sama kamu John. hahaha.
BalasHapus@Gaphe: wah bakal banyak yang ga lulus om :P
BalasHapus@i-one: sudah sejak dulu :P
@tiwi: semoga saja
bener john takkan pacaran??? sampe kapan??? lumutan loh john....
BalasHapus"Indonesia yang mungkin ku cinta meskipun aku masih meragukan kecintaanku pada Indonesia" ... kalimat yang bikin gatel hati hiks hiks.
BalasHapusEmang susah ya mertahanin prinsip, banyak banget godaannya, musti istiqomah d(>_<)b
@Aina: ya ya lah :)
BalasHapuslumutan? ga bakalan, saya kan laki2 :D
@Fiction's World: faktanya emang gitu kan
mau diomong gimana lagi ... hahaha
kalo saya lulus dulu ya masih coret2 dan konvoi sob, maklum dulu nakal bgt untung skrg udah dapat mikir walaupun cm dikit :)
BalasHapusouwh ... sempat jadi nakal juga ternyata :P
BalasHapusmenurutku kamu cinta Indonesia hanya saja mungkin sulit untuk bangga
BalasHapus*ah sepertinya ini aku sih :p
Ya mudah2an keteguhan prinsipnya bertahan sampe kerja nanti yak! Makin banyak yang berprinsip teguh di negara ini kan makin baik yak :D
BalasHapus@YeN: haha ... sepertinya memang begitu yen
BalasHapus@niee: semoga saja
sopo seng brengsek john, sapu ndase a ? hahaha..
BalasHapusIRL aja om ,,, nanti ane beritahu
BalasHapusdi sini ga enak om :P
prinsip anda itu mengingatkan saya dengan teman kuliah saya....
BalasHapusprinsip mu keren sekali om ! takjub aku :)
BalasHapusbegitu yg mana?
BalasHapustwo thumbs up John!
BalasHapusprinsip ya tetap prinsip, ini benar.
eh aku bisa ngrasain gimana2nya jadi orang yang dijauhi tuk sementara (pengasingan) karena nggak mau ngasih contekan :p
seandainya saja semua orang memiliki satu prinsipmu yang terakhir itu John, aku yakin Indonesia tidak hanya menjadi negara yang sedang berkembang lagi. Namun benar2 menjadi negara yang makmur jaya ...
@Noeel-Loebis: wah gitu yah om
BalasHapus@nyanyan: haha .... pasti itu menginspirasimu :P
@YeN: cinta tapi sulit mengakuinya :)
karena memalukan jika mengakuinya, hahah :P
@Ajeng Sari Rahayu: hahah ,,, kenapa ga juga prinsip yang pertama juga :P
atau jangan2 kamu ga setuju dengan prinsipku yang antipacaran, haha :P
ini andika bukan sih????
BalasHapusbukan, andika hanya salah satu dari author di blog ini
BalasHapussedangkan yang nulis entri ini bukan andika :)
wah hoki lo john, -__-" temen2 sma ku ganas2. pas kelas 1 ae. gak nyontekin, langsung dipalak hadehhhh......
BalasHapuskelas 2 kelas 3 apalagi... gak bisa macam-macam
wekeke ... semua itu dilakukan dengan pencerdasan terlebih dahulu :D
BalasHapuswakaka... :D pencerdasan piye iku @.@
BalasHapusya diberitahu baik2 lah :D
BalasHapushowh.. emang ahli me"nyasarkan" u ya @.@ #ntahnyasarkebaikatauburuk
BalasHapuswekekek ... itulah kekuatan persuasif mas :D
BalasHapus