Persona Intikalia

7 Jul 2014

Seremnya Pemilu Tahun Ini

Pemilu tahun ini bener-bener serem. Kerasa ga? Bagi pengguna social media seperti saya, Facebook kadang menjadi hal yang memuakkan. Entah saya atau mungkin pembaca juga mengalami perasaan yang sama. Benar-benar sudah kelewat batas kewajaran. Oke lah, silakan kagum pada sesosok capres, tapi jangan segitunya keles. Fanatik itu boleh, tapi yang ga boleh itu fanatik buta. Hingga semua ucapan, kelakuan dari yang difanatikin pasti benar dan semua yang berseberangan dengan itu pasti salah.

Saya tidak menyalahkan mereka yang sedang buta karena cinta pada sesosok capres. Itu wajar juga dialami para pecinta di luar sana. Mereka bahkan akan mengatakan bau kentut kekasihnya itu wangi, kalo lagi jatuh cinta. Ga percaya? Hanya orang lain yang bisa melihat keanehan itu. Pecinta tak 'kan sadar bahwa dirinya sedang gila dirundung cinta.

Kecintaan yang berlebihan pada makhluk memang tak 'kan pernah berujung pada kebaikan. Mereka akan beringas, menerjang, menghancurkan dengan segala cara apa yang berseberangan dengan mereka. Contoh nyata yang telah ada lebih dulu adalah Syiah. Jika kamu membaca sejarah Syiah, tentu kamu akan menemukan keberingasan atas nama cinta pada makhluk. Mereka bahkan sampai menuhankan Ali bin Abi Tholib karena kecintaan mereka. Mereka bahkan rela membuat cerita-cerita palsu tentang Ali. Rahasianya satu, karena cinta yang berlebihan.

Sepertinya inilah yang terjadi di Indonesia. Banyak orang menuhankan Jokowi. Seakan-akan Jokowi adalah Tuhan yang ga punya kekurangan sedikit pun. Padahal, yang namanya manusia pasti punya kekurangan, pasti punya salah. Sialnya, seakan-akan pendukungnya ini menutup mata dari kemungkinan-kemungkinan bahwa Jokowi adalah manusia biasa. Bahkan saking fanatiknya ada yang berani mengatakan bahwa Jokowi itu layaknya Umar bin Khottob. Pujian yang tidak sesuai dengan fakta yang ada merupakan sebuah penghinaan terhadap yang dipuji.

Saya sih bukan pendukung capres lawan Jokowi, karena saya ga nyoblos. Kug ga nyoblos? Hehe, ini lagi ke luar kota dan nanggung kalo balik ke Surabaya hanya gara-gara nyoblos. Alesan aja yah. Oke balik lagi. Berbeda dengan pendukung Prabowo. Pendukung Prabowo ini agak lebih sadar dibandingkan pendukung Jokowi. Pendukung Prabowo lebih kalem dan menyadari bahwa Prabowo punya kekurangan-kekurangan.

Hal yang unik lagi di Facebook adalah ada orang yang sampe unfriend gara-gara Pemilu ini. Lucu memang fenomena Pemilu kali ini. Untung aja temen-temen kuliah ga sampe ada yang berantem gara-gara Pilpres. Kalo ada sungguh memalukan bagi seorang akademisi yang harusnya lebih mengedepankan pemikiran yang waras. Emang kadang-kadang cinta tak ada logika, kata si Agnes Monica. Padahal kalo dipikir-pikir, kalo capres yang didukung menang, mereka yang kerjanya di sawah tetep di sawah, yang di kantor tetep di kantor, makan juga cari sendiri-sendiri. Tapi anehnya, sampe ada yang putus kekerabatan, pertemanan, dan hubungan lainnya gara-gara Pilpres. Ga habis pikir.

Dulu waktu SD sih kalo baca cerita di buku IPS, bertanya-tanya kug bisa Indonesia dipecah oleh Belanda dengan politik adu domba. Saya berasumsi mungkin karena dulu orang-orang Indonesia belum banyak yang sekolah dan pinter. Tapi, sekarang sudah terjawab dengan fakta Pemilu tahun ini. Semua itu disebabkan karena memang mental orang Indonesia yang gampang dipecah belah.

Kenapa gampang dipecah belah? Bukan karena pinter atau enggaknya, tapi karena cinta yang berlebihan. Coba mereka cintanya ga berlebihan kayak saya gini, mau Jokowi atau Prabowo yang menang, itu tidaklah masalah. Karena hukum alam mengatakan yang terbaiklah yang menang. Dan yang kalah harus legowo (lapang dada) menghadapi kekalahan. Jangan ujug-ujug menuduh kalo lawannya menang karena kecurangan.

Yang tak kalah pentingnya lagi, siapa pun nanti yang terpilih. Kita punya kewajiban untuk taat kepada beliau walaupun beliau bukan capres yang kita dukung. Presiden terpilih nantinya itu adalah gambaran bangsa Indonesia saat ini. Jika kita mengutuk pemimpin kita, maka seakan-akan kita sedang mengutuk diri sendiri. Cukup doakan beliau agar bisa memimpin dengan mulus, jangan malah dibikin rusuh dengan menyebarkan kebencian terhadap pemimpin. Cukuplah saya sedih ketika melihat Fanpage Pak SBY.

16 komentar:

  1. Selamat datang di demokrasi...
    di mana kaum mayoritas menuntun arah perubahan negara kita...

    biarpun kita sadar bahwa:
    - orang-orang yang berhenti berfikir adalah kaum mayoritas, dan
    - orang-orang yang berfikir adalah kaum minoritas

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha ... itulah kelemahan demokrasi :)

      Hapus
    2. iya, itulah salah satu kelemahan demokrasi.
      Pemilu tahun ini memang serem banget. Saking2 fanatiknya, sampe ada yg mengklaim bhw hanya kecurangan yg bisa mengalahkan mereka. .>_<.

      Hapus
    3. kefanatikan emang kadang bikin buta arah

      Hapus
  2. aku tahu kok si fulan akhir2 ini bersih bersih fb-nya (unfriend) :D

    aku sendiri juga kesal sama capres yang pencitraan dan suka bohong melulu, namun aku pilih ga ikut terlibat poiitik praktis di sosmed, biar jadi rahasia hati saja siapa capres pilihanku

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha ... Pemilu kan emang rahasia yo
      jadi orang lain ga perlu tahu kita mau milih siapa

      Hapus
  3. Masnya agak pilih ke Prabowo yaaa, perasaan pendukungnya juga sama aja deh, nggak lebih kalem juga :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, hati lebih cenderung ke Prabowo
      tapi Pilpres 9 Juli besok, aku ga nyoblos, hehe :D
      sama aja? enggak, beda kug
      coba aja perhatikan tingkah lakunya dan tingkat kefanatikannya
      pendukung Jokowi fanatik banget, sampe kadang muak :D

      Hapus
  4. woooooo
    golput ya mas
    hehehe
    sama,,,,
    ini saya g bisa pulkam dari sby ini,,,
    mefet liburnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, banyak orang yang golput pemilu kali ini gara2 ini :D

      Hapus
  5. serem memang sampai di grop yang aku ikuti aja begitu

    BalasHapus
  6. Di sosmed lebih menyeramkan. Padahal di dunia nyata gak pd segitunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. justru karena di sosmed orang beranggapan bisa mudah cuci tangan
      beda banget sama di dunia nyata, nyolot dikit bisa digebuk orang :v

      Hapus
  7. mereka yg bilang menuhankan jokowi, tetapi mereka sendiri menuhankan prabowo. sesama fanatik saling menyolot. ngaku saja deh. kalau tidak seperti itu, mana bisa di bilang pemilu tahun ini serem. karena dua-duanya merasa paling bener. ngaku saja. kalau ada yg komplain, berarti dia ngeyel, keras kepala. dan saya mau tau, siapa yg pertama kali mau komplain ucapan saya, umatnya jokowi ataukah umatnya prabowo.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh yah? :D
      saya tidak menuhankan dua2nya :P
      lagian kan pemilu udah bubar kaleee

      Hapus